Kamis, 31 Juli 2008

Syahwat & Nafsu

Tahukah engkau, duh Anakku, hubungan antara syahwat dan nafsu? Yang pertama itu bagian dari yang kedua. Sementara orang mengatakan bahwa keduanya tidak berbeda. Aku tidak setuju dengan perkataan yang demikian itu. Yang pertama merupakan perwujudan dari yang kedua. Yang pertama tidak akan ada jika yang kedua tidak ada. Allah telah meletakkan yang kedua dalam tubuh kita, sehingga tubuh kita pun memiliki yang pertama.Kalau Allah telah meletakkan hawa nafsu pada diri setiap manusia, maka apakah hawa nafsu itu salah? Apakah memperturutkan hawa nafsu itu salah? Kalau ada orang yang mengatakan salah, dia pasti belum mengenal Allah. Betapa sempurna Allah menciptakan makhluknya yang bernama manusia itu.
Jika dalam diri manusia tidak terdapat hawa nafsu, maka dia tidak bisa disebut sebagai manusia. Makhluk yang tidak memiliki hawa nafsu hanyalah malaikat. Malaikat itu bisanya hanya menaati perintah Allah, sebab tidak ada fungsi lain yang Allah ciptakan pada dirinya, kecuali untuk selalu tunduk dan taat kepadaNya. Apakah malaikat bisa salah? Atau, misalnya malaikat yang fitrahnya diciptakan hanya untuk bersujud saja pada Allah, maka apakah dia pernah lupa –sekali atau dua kali lipa sujud? Tentunya tidak. Malaikattidak bisa lupa, sebab yang membuat lupa itu hawa nafsu. Bukan ruh murni. Malaikat adalah ruh murni. Cahaya Illahi.
Malaikat tidak bisa melakukan kemaksiatan, sebab dia memang tidak kenal apa itu kemaksiatan. Yang mengenal kemaksiatan adalah makhluk yang punya hawa nafsu.Dan kita bukan malaikat.Dan oleh karen itu kita mengenal lupa. Kita mengenal kemaksiatan.
Lalu adakah makhluk yang hanya berupa hawa nafsu belaka?Ada.Dia adalah iblis.Dengan fitrah, manusia menapaki jalan-jalan malaikat. Tetapi karena iblis, manusia bisa menapaki jalan-jalan setan. Bahkan, manusia sendiri akan berubah manjadi iblis atau setan tatkala ia telah menjadi budak bagi hawa nafsunya; ia telah menuruti tuntutan-tuntutan hawa nafsunya. Manusia bisa menjadi setan pula ketika ia diperbudak oleh syhwatnya. Tanah dimakan, gunung di lahap, hutan di untal, laut diminum, dan sebagainya –hal-hal ini adalah contoh bagaimana manusia telah berubah menjadi setan pula. Juga, tatkala manusia itu suka menipu, dusta, ingkar janji, khianat, korupsi, selingkuh, zina, dan perbuatan-perbuatan haram lainnya, sesungguhnya ia telah berubah menjadi iblis!
Anakku.....Seseorang tidak akan mampu menggapai dan mencapai kecintaan Allah kecuali ia mampu untuk melatih dirinya sendiri dengan mengekang hawa nafsunya. Seseorang telah berkata, ”Mengekang hawa nafsu adalah memuliakannya. Melampiaskannya menurut kemauannya adalah hinaan abadi”.
Oh Anakku...Menurutku syahwat –sebagaimana memperturutkan hawa nafsu –tatkala hal itu dilakukan dengan cara yang benar, untuk alasan yang benar, untuk tujuan yang benar, yakni demi untuk mandapatkan ridha dan cinta Allah, maka hal itu tidak salah. Apakah salah bila engkau dan aku makan dan minum? Tentu saja tidak salah. Dan menuruti keinginan untuk makan dan minum termasuk memperturutkan syahwat, yakni syahwat terhadap makanan dan minuman. Syahwat yang demikian ini muncul atas desakan kebutuhan ragawi yang memang diciptakan Allah merasa lapar dan haus. Tetapi, duh Anakku... terhadap makanan dan minuman engkau harus memperlakukannya sebagaimana engkau perlakukan obat terhadap penyakitmu. Engkau tentu tidak akan minum obat jika engkau tidak sakit. Maka jika engkau gemar minum obat padahal engkau dalam keadaan sehat, itu sama artinya engkau menderita sakit itu sendiri. Demikian pula terhadap syahwat: sepanjang syahwat itu demi untuk melindungi diri sendiri dari kerusakan dan kehinaan, maka tentu dia harus dipenuhi sebatas iru pula.
Dan salah satu syahwat yang manusia miliki adalah syahwat terhadap lawan jenis. Jika engkau tertarik terhadap lawan jenis, itu adalah wajar. Engkau terbayang wajahnya. Engkau merindui mereka. Engkau manusia normal, dan menggunakan kenormalan yang telah diberikan Tuhan. Tatkala rasa rindu, tertarik, suka, senang, bahagia, takut, malu, rindu lagi, malu lagi, dan semua perasaan ini bercampur aduk jadi satu pada dirimu dan hal ini dikarenakan oleh lawan jenis yang sering terbayang-bayang di benakmu, maka ketahuilah bahwa perasaan yang seperti ini adalah perasaan yang wajar.
Bahkan, Rasulullah SAW tercekam perasaan yang bergelora seperti ini, ketika beliau jatuh cinta kepada Khadijah, dan Khadijah jatuh cinta kepada beliau. Imam Ali pun merasakan hal yang sama.Apalagi engkau... wahai Anakku...!!!Hanya saja syahwat ini datang bukan tanpa bahaya. Apabila anak manusia tengah dilanda jatuh cinta, maka dia laksana menyebrangi sebuah jembatan kehidupan. Dia akan bisa menyebrang jembatan itu dengan selamat, atau dia terjun bebas atau terjungkal meluncur ke sungai dosa dan kemaksiatan. Apabila seseorang jatuh cinta, saat itulah hidupnya berbisik pada dirinya sendiri agar dia segera menikah. Inilah makna di balik sabda nabi:”Wahai para pemuda, barang siapa di antara kamu telah siap untuk menikah (al-ba’ah), maka segeralah menikah, karena nikah itu dapat memelihara pandangan dan menjaga (kesucian) kemaluan (HR. Bukhori-Muslim)”
(from ana najma's note on facebook)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar