Sabtu, 13 Desember 2008

Sepotong Kisah

Perempuan itu, di sepertiga akhir senja, menelusuri dengan baik potongan-potongan kisah yang disusun oleh gadis yang telah lama dikenalnya.

Tidak mudah bagi Perempuan untuk mengikuti alur cerita gadis itu,..
Perlahan-lahan potongan kisah itu disimpan dengan baik oleh si perempuan. potongan kisah tentang orang baik..
potongan kisah yang sulit disusun
tak dapat dijumpai dari sudut bentuk-bentuknya


gadis itu bahagia
tapi perih bagi orang baik

hari itu, si perempuan hanya mampu menyimpannya
mungkin orang baik benci
tak apa bagi perempuan
kelak, mungkin orang baik dapat menemukan potongan kisah ini
potongan kisah tentang gadis itu

Harap Perempuan bukan agar orang baik menemukan potongan kisah itu,
namun, agar orang baik tak perlu merasakan perihnya

hanya diam, yang dapat perempuan lakukan

Sabtu, 06 Desember 2008

Sopir Taksi di Penghujung Pekan

Ku sebut minggu kali ini adalah minggu yang kurang menyenangkan.
Sederet target tak terlampaui, MINIM!! jauh dari yang ku namai SUKSES.
Penghujung pekan yang riuh menghampiri, enggan beranjak..kesal!!

Harus kulewati pagi-pagi ku dengan daftar panjang pertanyaan, agar ku lulus katanya.
Lulus menjadi kuli negara ini. Hingga matahari lamat-lamat beranjak tinggi, bumi mengahangat sungguh hangat, dan menggusur semua impian pagi-pagi ku tentang duduk-duduk bersantai di teras sejuk bersama keluargaku, dengan sedikit hirupan teh manis hangat segar.

Tak kubayangkan menjadi kuli negeri ini, yang harus mengabdi sepanjang sisa usia.
Bahkan tak terpikir olehku, jika namaku secara terpaksa terpampang menemani senyum para rival-ku di papan pengumuman yang enam belas hari lagi muncul.

Habislah aku..mungkin habislah sisa-sisa hidupku dengan seragam 'kebanggaan' ribuan orang itu berikut baunya yang khas, dan duduk-duduk sambil menjemput sore-ku berteman setumpuk ratusan kertas yang berhambur kata itu.

Hah...tak terbayangkan, jika harus meredupkan impianku akan seragam wangi, warna-warni, berganti setiap hari, yang menjadi sumber semangat dan insipirasiku, dengan meja besar yang terdapat papan bertuliskan "pimpinan/presdir" (ha..ha..) dan ruangan sejuk yang disudutnya akan ku biarkan bunga sedap malam tumbuh liar di potnya yang berisi air dingin. dan sesekali ku pandangi foto-foto anak-anaku dan suamiku tercinta (kelak**).[ha..lengkap sekali hidupku..]

Panas siang ini mencubit-cubit kulitku tiada ampun. Suhu celsius-nya melebihi suhu badan orang demam tinggi..huuuh panas!!
Antrean roda dua dan empat pun tak luput dari pandangan ikut meramaikan suasana sumpeknya pinggir kota di ujung pekan ini. Sumpek..Tak bergerak barang se-sentimeter pun!!!

Duduk di paling muka dalam bus sedikit menghibur hati..Namun, tak lama chush......bunyi itu muncul dari roda bus, yang ternyata pecah..ya..lagi-lagi menambah rangakaian cerita suram di siang ku hari ini.

Allahuakbar...apa lagi ini!! macet..orang yang berjubal....., terik....., pecah ban...fyuuuuhhh...!!

Tak bisa kubiarkan, pikirku.., harus ku akhiri perjalanan hari ini dengan cara cantik. tak akan kubiarkan hariku lenyap, menguap beriring uap panas matahari.

Segera ku hentikan sdan biru redup, segera ku naiki...
wuss...msin pendingin itu...hmm...sejuk...temperatur tubuhku lambat laun meluluh.

"siang mbak.." sigap sapa sopir taksi penuh ramah
"siang.." sautku
"ke arah mana mbak..?"tanyanya santun
"hmm..ke kelapa gading pak.."jawabku melejit segera ingin sampai di rumah.

rasanya tubuhku kembali menemukan bentuknya sendiri setelah sekian lama mencair seperti cokelat leleh di atas perapian.

"sejuk...sopir taksi yang baik dan santun...hmm, ini baru hari-ku"

sederet kisah sopir taksi santun itu cukup bersahabat dengan siang-ku hari ini. celotehnya tak berhenti bergeming sepanjang perjalanan, mulai dari kisahnya yang dianyam di kerajaan Cendana hingga kerja-kerja serabutannya dulu sebelum menjadi sopir. tak jarang ku lepas tawa dan menebar senyum..
meskipun sesekali pandanganku terperangkap pada angka-angka merah menyala di hadapanku, mulai dari 20.250...30.750...hingga akhirnya angka itu terhenti berkedip di angka 65.000 pas...!!!

"terimakasih pak.."tuturku singkat
meski maksudku terimakasih tak hanya untuk itu, untuk semuanya, keselamatnku hingga kahirnya ku sampai di rumah, keramahan dan kesantunannya, serta sederet kisahnya yang diselipkan dalam perjalanan pulang tadi menuju rumahku..alhamdulillah, puji syukur atas-Nya..

[hmm, namun sayang..., harus kuhabiskan ujung pekan ku dengan seorang sopir taksi santun itu, bukan dengan orang baik yang lama ku kenal..]

irninurfitri
dalam taksi
siangbolong, perjalanan pulang dari pondok gede menuju priok
13.20



Kamis, 27 November 2008

Pagi ini Kutemui Gadis itu, Cantik..

Subhanallah..Cantiknya.., setelah beberapa detik sekilas menatapnya..sekarang ku tahu apa yang membuatnya cantik hari ini..kain kerudungnya..ya, jilbabnya..tak seperti biasa..sedikit lebih rapih, lebih tertutup dari sebelumnya..cantik sekali..serasi dengan baju yang dikenakan hari ini..meski berbeda warna, namun sepadan..
Subhanallah..semoga Allah percantik pula akhlaknya dan hati yang ada dalam jasad tersebut..

Tentang Orang Baik, Sore Itu

Sore itu, harapku agar orang baik itu hadir, rasanya kan lenyap..sebab, orang baik itu tak kan datang jika hujan turun..pikirku!!
akankah orang baik itu tak datang..terlanjur harapanku telah mendominasi pikiranku, sehingga sulit ku lenyapkan dalam waktu yang singkat.
mencoba beranjak dan menghapus segala harapan akan kedatangnnya, tetap saja tak bisa kulakukan.
Yang bisa kuucapkan saat itu hanyalah berdoa agar bukan kekecewaan yang menemaniku sore ini dan menjadi penutup lembar cerita di hari ini.sekotak televisi yang terus berceloteh, tak kunjung meluputkan berita tentang orang baik di benakku yang belum juga tiba..kemana dia ya??
alat telekomunikasi yang ku geletakkan di sampngku seolah menjadi seonggok barang elektronik bekas yang sudah lama rusak, yang akan segera menemani sang tong sampah, tak bersuara, tak berdering,..tak juga ada kabar..
apakah orang baik itu pergi lenyap tanpa sebaris pesan??
kemana kah engkau wahai orang baik..kucoba lagi untuk meninggalkan segala kecemasan yang rasanya telah membuat otakku penuh, ku beranjak dari tempat dudukku dan meninggalkan segala berita yang ditumpahkan oleh si kotak hitam tak berguna itu..ku coba menyegarkan jasmani ku..setelah berhasil ku melompat jauh dari rasa harap-harap dan cemas itu..Si Orang Baik itu akhirnya datang..meski kedatangannya memberi kabar yang sedikit membayar kecemasan ku, tak peduli..intinya sekarang orang baik itu hadir dan ada di sini..
sore hari yang redup, seolah mencuat terang..menebarkan cahaya yang sekian jam lalu disembunyikan awan senja yang pekat..
beregegas ku keluar..ya..itu dia orang baik nya tiba..
Subhanallah..di gerimis yang hampir habis itu, seolah menamparku dan meneriakkan kupingku.."..Heyy..Si orang baik akan pergi.." hampir tak percaya bahwa orang baik itu telah hadir di depan ku, bersama menutup cerita di malam ini..Ah....meski kehadirannya sekejap, dan rasanya ku ingin hari itu tak segera berakhir..Tapi..tak apalah..!!Ku yakin ia akan kembali..Si orang baik itu..
besok, lusa, atau nanti..
241108

Jumat, 14 November 2008

Just Forgive me..

satu hal lagi, ternyata ada hal yang memang sulit kita lakukan dalam hidup kita..

mungkin selama ini kita berpikir melakukan hal-hal yang terlihat besar adalah hal yang sulit kita lakukan dan wujudkan..

tapi ternyata, ada hal kecil yang sebenarnya sulit untuk kita lakukan dan wujudkan..jika kita tidak memiliki kapasitas keberanian dan space kelapangan hati yang cukup besar..

apa itu??

mengakui kesalahan dan meminta maaf..

mengakui sebuah kesalahan yang telah kita perbuat, merupakan wujud dari tanggung jawab atas apa yang telah kita lakukan. sekaligus ini merupakan proses awal ketika kita MAU meminta maaf kepada orang lain

sebab, tanpa ada keMAUan dan keBERANIan untuk mengakui kesalahan tidak akan ada perwujudan untuk meminta maaf kepada orang lain..

disinilah letak kesulitan dari meminta maaf , ada beberapa tahapan yang harus kita lalui sebelum ada kata MAU dan BERANI untuk meminta maaf dan mengakui kesalahan

Jujur

Jujur kepada diri sendiri, akui..kalau kita telah berbuat suatu kesalahan yang seharusnya tidak kita lakukan..

Atau jika kita yakin kesalahan bukan disebabkan oleh kita, tapi oleh orang lain, kata JUJUR itu sendiri diperlukan untuk menanyakan pada diri sendiri. Apakah kita sudah menjadi orang yang berani membuka pintu hati untuk kata maaf? Yakin kah kita, bahwa kita adalah orang yang mampu memberi maaf dengan tulus kepada seseorang yang sudah menyakiti? Kalau belum, berarti kita harus meminta maaf pada diri kita sendiri karena itu.

Menghilangkan Prasangka Buruk

berprasangka baik memang sulit, tapi bukan hal yang mustahil untuk kita coba/ushakan agar tetap berbaik sangka.

kita bisa coba yakinkan diri kita, ketika kita ingin berbuat suatu kebaikan, termasuk meminta maaf, akan ada ‘bisikan-bisikan’ yang berusaha menggagalkan kita untuk mewujudkannya.

Bisa jadi, kita malah berprasangka buruk terhadap orang yang akan kita mintai maaf, atau lebih buruknya kepada diri sendiri..

Secara kasat mata, posisi seorang yang meminta maaf memang seolah berada di bawah, sehingga terlihat 'hina', karena terkesan dialah yang ‘bersalah’ atau si mpu-nya kesalahan..

hal ini tanpa kita sadari yang akan menyulut sumbu prasangka negatif kita saat kita ingin minta maaf, dan apinya dalah ego atau gengsi kita yang teramat besar..

Jika kita terbakar oleh api tersebut, maka tak heran, lagi-lagi kita gagal mewujudkan niat baik kita untuk mengakui kesalahan kita dan segera meminta maaf..

lalu akhirnya, menjadikan kita orang yang ‘kerdil’ karena semakin hari kita tersiksa karena prasangka buruk yang kerap kali muncul dan tidak berusaha untuk kita lenyapkan di dalam diri kita..

Didunia ini, sunatullah-nya adalah, yang merasa dirinya ‘kaya’ serta memiliki sesuatu yang lebih banyak-lah yang akan MEMBERI, dan bukan yang ‘miskin’..

sebab hakikat meminta maaf, bukan -meminta- sesuatu yang tidak kita miliki, melainkan MEMBERI, memberi sesuatu yang positif untuk orang lain dan diri kita, memberikan sebuah perubahan indah..dari kebencian menjadi sebuah kerukunandan kedamaian, serta hikmah yang bernilai indah di sisi-Nya

Ikhlas

Setelah meminta maaf, kita usahakan agar terus memelihara prasangka baik, dan membuang prasangka buruk yang melintas..karena, jika tidak kita jaga maka akan terbentur oleh keikhlasan, apakah kita ikhlas melakukan permohonan maaf atau tidak??

Ikhlas pun bisa menjadi kekuatan kita untuk bersabar, karena tidak semua orang yang kita mintai maaf akan segera melupakan kesalahan yang telah kita perbuat, dan langsung memberikan respon positif kepada kita, meskipun orang tersebut telah memberi maaf kepada kita..

Bisa jadi, setelah peristiwa saling memaafkan terjadi, orang yang kita mintai maaf memberikan sikap yang terlihat belum ‘memaafkan’ kita..dan sering kali terasa tidak adil untuk kita..

Disinilah, kapasitas ikhlas harus ditambah, kelapangan hati harus semakin kita lebarkan space-nya, positif thingking harus didominasi dalam otak kita..

Intinya.., jangan sampai kondisi yang seharusnya kita ‘di atas’ akan berbalik menjadi ‘di bawah’

Yang hanya akan menjadikan posisi kita sama atau bahkan melebihi orang yang benar-benar hina karena kesalahannya.

Rabu, 05 November 2008

Tak Perlu Takut..!!!

malam ini, bola mataku tiba-tiba menghangat..
dadaku pun terasa sesak
entah, kenapa tiba-tiba rasa khawatir memenuhi ruang kepalaku
terlalu berlebihan ku rasa..
tapi apa dayaku
hingga air mata tak mampu ku bendung..
apa ini..??
apa yang sedang ku lalui
apa yang ku khawatirkan sebenarnya..??
episode apa ini..
denyut nadi pun ikut berdetak lebih cepat dari biasanya..
apakah diri ini sudah mulai takut dengan kegelapan
kegelapan yang sesungguhnya telah mengajariku banyak hal..
tentang kesabaran..
tentang ketenangan..
tentang kelapangan hati..
tentang apa arti ketegaran..
tapi mengapa harus takut pada gelap
bukankah setelah gelap akan ada terang cahaya
bukankah setelah gurun pasir yang terik, kering tanpa air
akan ada hutan belantara yang rimbun dan mampu mengalirkan kesejukan
bukankah setelah siang akan ada malam yang harus dilalui..
bukankah setelah kegagalan akan ada kemenangan jiwa tuk bersabar menggenggam kemenangan di kemudian hari
bukankah setelah tangisan akan ada senyum dan tawa riang
bukankan setelah kemarau akan ada musim penghujan..
wahai diri..kenapa kau ragu..
apalagi yang kau khawatirkan..
sang pemilik Arsy menantimu tuk bangkit dari pijakanmu di atas anak tangga yang rapuh
jadilah rintik hujan saat kemarau berkepanjangan telah usai
jadilah cahaya itu saat kegelapan melanda
jadilah hutan belantara yang menawarkan sejuta kesejukan dan keindahan yang mengelilingi luasnya gurun pasir terik, yang seolah tak berbatas...
karena, hidup tak lebih dari melihat, menghadapi dan menikmati setiap hal yang berlawanan..

Selasa, 04 November 2008

Es KElapa JeRuk...



Es Kelapa Jeruk

Ada kisah di balik Es Kelapa Jeruk ini, Suatu hari (12 oktober 2008), saya pergi ke sebuah tempat makan..tempatnya sangat cozy, pemandangannya bagus, dan lumayan untuk refreshing saat weekend, baik sama keluaga ataupun teman2..tempatnya juga bisa untuk konsep wedding garden party..hmm..^_^

nah..salah satu menu yang unik yang baru pertama kali saya dengar adalah Es Kelapa jeruk ini..ya itulah kisahnya kenapa saya tampilkan resep ini di sini..

masih ada hal menarik yang lain dari Es Kelapa Jeruk ini, tapi yang perlu kalian tau cukup itu saja ya..dan ini dia resepnya..saya juga ingin coba di rumah pasti suegeerrrr kalo dinikmati saat siang hari




Berbeda dengan Es Kelapa Muda biasa, digunakannya air jeruk peras membuat Es Kelapa ini segar sekali rasanya. Segelas rasanya tak cukup untuk menikmati kesegarannya. Mau lebih ‘berasa’ jeruknya? Tambahkan beberapa tetes air jeruk lemon, pasti didapat es kelapa yang unik sekali. Seduh daging kelapa muda supaya minuman ini tahan dua tiga hari dalam kulkas.

Bahan:
2 bh kelapa muda
5 bh jeruk peras (jeruk siam)
1 ltr air matang / air kelapa
300 gr gula pasir
2 lbr daun pandan

Cara membuatnya:

  1. Keruk daging buah kelapa muda, seduh dengan air panas, tiriskan. Tampung air kelapa secara terpisah.
  2. Syrup gula : masak air kelapa, gula pasir, dan daun pandan hingga gula larut. Dinginkan.
    Peras jeruk siam, ambil air jeruknya, sisihkan.
  3. Dalam wadah, satukan daging kelapa muda, air jeruk dan syrup gula, aduk rata.
  4. Tambahkan Es batu atau simpan dalam kulkas hingga saat disajikan.

Penulis : Fatmah Bahalwan


Jumat, 31 Oktober 2008

Senin, 27 Oktober 2008

Di balik Kekuatan Rindu

Dengan rindu, yang jauh kan terasa dekat

Dengan rindu, yang mahal kan terasa murah

Dengan rindu, yang tak ada akan menjadi ada

Dengan rindu, yang tak tampak tiba-tiba menjelma menjadi wujud nyata

Dengan rindu, yang sempit terasa lapang

Dengan rindu, yang berbeda menjadi sama

Dengan rindu, tembok pemisah generasi antar zaman mampu dirobohkan


Ramadhan yang dirindukan dua bulan yang lalu, kini sudah berakhir…dan kerinduan itupun telah berganti pada kerinduan yang fitri, kerinduan pada hari yang dinanti, rindu hari besar, idul fitri, bukan rindu ke-baru-an baju, sepatu, sajadah, mukena, peci, dsb. Bukan rindu masakan sang bunda yang tersaji di atas meja makan, Opor Ayam, ketupat, Ayam Goreng, atau semacamnya.

Tetapi rindu serindu-rindunya, rindu kebersamaan di hari besar itu, rindu pemaafan yang tulus, rindu adanya kejernihan hati kembali, rindu energi rindu dari sanak saudara dan handai taulan, rindu peluk hangat, jabat erat tangan mereka, rindu sapa kabar karena lama tak berjumpa, rindu senyum dan tawa riang, rindu hiruk-pikuk, rindu berdesak-desak karena rumah Sang Eyang yang terasa sempit akibat kehadiran cucunda tercinta yang berjubel, hingga tak ada sudut rumah pun yang sepi dari suasana kerinduan.

Suasana ini tak lama lagi kan berakhir, sebab kerinduanlah yang mempertemukan perjumpaan dengan perpisahaan. Bukanlah sebuah kesalahan Sang Kerinduan, tapi merupakan sunatullah, yang diawali akan berakhir, yang ada kan tiada, yang jumpa kan berpisah…cepat atau lambat…entah apa dan bagaimana sebabnya…

Dari kekuatan rindu, kita kalahkan kelu lidah tuk saling sapa, dari kakunya kaki tuk melankah, dari dinginnya hati, dari keringnya ruhiyah tuk berdzikir, serta dari apapun yang yang terasa dingin dan mungkin telah beku.

Suasana ini kan segera tersingkir dan tersimpan dalam kotak pondura, menjadi suatu yang berharga, dan kelak menjadi kisah bagi generasi penerusku. Agar mereka memahami arti sebuah rindu yang melebihi makna cinta yang lebih dari selamanya, dan agar mereka tumbuhkan kekuatan-kekuatan kerinduan di manapun, kapanpun, kepada siapapun…

Agar mereka menjadi bagian kerinduan itu…

Agar mereka berpijak di atas kerinduan..layaknya seorang hamba yang rindu perjumpaan pada sang Khalik dan Rasulnya..dan dimana, kerinduan itupun ia jadikan kekuatan-kekuatannya tuk senantiasa berpijak diatas rel kebenaran dalam hidupnya, dan kerinduannya itu pula ia jadikan cahaya bagi jalan hidupnya, ia jadikan energi di setiap gerak-gerik ibadahnya yang hanya ia tujukan padaNya…


Inna shalati wa nusuki wa mahyayaa wa mamaati lillaahirabbil ‘alamiin…

“sesungguhnya shalatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam….”


Selamat jalan wahai Syahrul-akbar…,Syahru-shiyaam, Syahru-Qur’an, syahru-Ramadhan…

Selamat jalan Hari Besar…Ied Mubarok!!

Selamat tinggal kerinduan…

Moga kelak kita berjumpa..

Moga kelak kerinduan ini kan terlahir jauh lebih besar..


Rindu serindu-rindunya..

Rindu perubahan..

Rindu ketulusan

Rindu kebaikan.

Rindu kekuatan di balik kerinduan….


Warm regards,

Irni


Catatan di Awal Syawal, (2 Syawal 1429 H),

Desa Sumber kembar

Paiton, Pasuruan

Jawa Timur

Rabu, 22 Oktober 2008

Seroja Bunga Seroja....



Seroja

Mari menyusun seroja

Bunga seroja ah... ah...

Hiasan sanggul remaja

Puteri remaja ah... ah...

Rupa yang elok

Di manja jangan dimanja ah... ah...

Puja lah ia sekadar

Oh sekadar saja

Mengapa kau bermenung

Oh adik berhati binggung

Mengapa kau bermenung

Oh adik berhati binggung

Lupakan saja asmara

Pada asmara...

Lupakan saja asmara

Pada asmara...

Mari menyusun seroja

Bunga seroja ah... ah...

Hiasan sanggul remaja

Puteri remaja ah... ah...

Rupa yang elok

Di manja jangan dimanja ah... ah...

Puja lah ia sekadar

Oh sekadar saja

Sabtu, 20 September 2008

Better than a thausand Months



Surat al-Qadr adalah surat ke-97 menurut urutannya di dalam mushaf
al-Quran. Surat ini ditempatkan sesudah surat al-Alaq (Iqro'). Para
ulama tafsir menyatakan bahwa surat ini turun jauh sesudah turunnya
surat al-Alaq. Bahkan, sebagian di antara mereka, menyatakan bahwa
surat dalam al-Qadr turun setelah Nabi Muhammad saw. berhijrah ke
Madinah.

Penempatan dan Perurutan surat dalam al-Quran dilakukan langsung atas
perintah Allah SWT, dan dari perurutannya ditemukan
keserasian-keserasi an yang mengagumkan.

Kalau dalam surat al-Alaq, Nabi saw. diperintahkan (demikian pula kaum
Muslim) untuk membaca dan yang dibaca itu antara lain adalah al-Quran,
maka wajarlah jika surat sesudahnya-- yakni surat al -Qadr--berbicara
tentang turunnya al-Quran dan kemuliaan malam yang terpilih sebagai
malam Nuzul al-Quran (turunnya al-Quran).

Bulan Ramadhan memiliki sekian banyak keistimewaan. Salah satu di
antaranya adalah laylatul qadr, satu malam yang oleh al-Quran dinamai
'lebih baik daripada seribu bulan'.

Tetapi, apa dan bagaimana malam itu? Apakah ia terjadi sekali saja
yakni pada malam ketika turunnya al-Quran lima belas abad yang lalu,
atau terjadi setiap bulan Ramadhan sepanjang sejarah? Bagaimana
kedatangan, apakah setiap orang yang menantinya pasti akan
mendapatkannya? Benarkan ada tanda-tanda fisik material yang menyertai
kehadirannya (seperti membekunya air, heningnya malam dan menunduknya
pepohonan, dan lainnya)? Masih banyak lagi pertanyaan yang dapat dan
sering muncul berkaitan dengan malam al -Qadr itu.

Yang pasti, dan ini harus diimani oleh setiap Muslim berdasarkan
pernyataan al-Quran, bahwa 'Ada satu malam yang bernama laylatur qadr'
(QS 97:1) dan bahwa malam itu adalah 'malam yang penuh berkah dimana
dijelaskan atau ditetapkan segala urusan besar dengan penuh
kebijaksanaan (QS 44:3).

Malam tersebut terjadi pada bulan Ramadhan, karena Kitab Suci
menginformasikan bahwa ia diturunkan oleh Allah pada bulan Ramadhan (QS
2: 185) serta pada malam al-Qadr (QS 97: 1). Malam itu adalah malam
mulia, tidak mudah diketahui betapa besar kemuliaannya. Ini
diisyaratkan oelh adanya pertanyaan dalam bentuk pengagungan, yaitu Wa
ma adroka ma laylatul qadr.

Tiga belas kali kalimat ma adroka terulang dalam al-Quran. Sepuluh di
antaranya mempertanyakan tentang kehebatan yang terkait dengan hari
kemudian, seperti Ma adroka ma yaumu al fashl, ...al haqqh...'illiyyun,
dan sebaginya. Semua itu merupakan hal yang tidak mudah dijangkau oleh
akal fikiran manusia, kalau enggan berkata mustahil dijangkaunya. Dari
keiga belas kali ma adroka itu terdapat tiga kali yang mengatakan: Ma
adroka ma al thariq, Ma adroka ma al 'aqobah, dan Ma adroka ma laylat
al qadr.

Kalau dilihat pemakaian al-Quran tentang hal-hal yang menjadi objek
pertanyaan, maka kesemuanya adalah hal-hal yang sangat hebat dan sulit
dijangkau hakikatnya secara sempurna oleh akal fikiran manusia. Hal ini
tentunya termasuk laylatul al qadr.

Walaupun demikian, sementara ulama membedakan antara pertanyaan ma
adroka dan ma yudrika yang juga digunakan oleh al -Quran dalam tiga
ayat:

Ma yudrika la'alla al sa'ata takunu gariba (Al Ahzab 63)
Wama yudrika la'alla al sa'ata qarib (Al Syura 17)
Wa ma yudrika la'allahu yazzaka (Abasa 3)

Dua hal yang dipertanyakan dengan wa ma yudrika adalah, pertama
menyangkut waktu kedatangan hari kiamat dan kedua apa yang berkaitan
dengan kesucian jiwa manusia.

Secara gamblang, al-Quran menyatakan bahwa Nabi saw. tidak mengetahui
kapan datangnya hari kiamat, dan tidak pula mengetahui tentang yang
gaib. Ini berarti bahwa ma yudrika digunakan oleh al Qur'an untuk
hal-hal yang tidak mungkin diketahui walaupun oleh Nabi saw. sendiri.
Sedangkan wa ma adroka, walaupun berupa pertanyaan, namun pada akhirnya
Allah SWT menyampaikannya kepada Nabi saw., sehingga informasi lanjutan
dapat diperoleh dari beliau.

Itu semua berarti bahwa persoalan laylatul qadr harus dirujuk kepada al
-Quran dan Sunnah Rosulullah saw., karena di sanalah dapat diperoleh
informasi.

Kembali pada pertanyaan semula, bagaimana tentang malam itu? Apa arti
malam al-Qadr dan mengapa malam itu dinamai demikian? Disini ditemukan
berbagai jawaban:

Kata qadr sendiri paling tidak digunakan untuk tiga arti:

1. Penetapan dan pengaturan sehingga laylatul qadr difahami sebagai
malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia (QS 44:3). Ada
ulama yang memahami penetapan itu dalam batas setahun. Al-Quran yang
turun pada malam laylatul qadr diartikan bahwa pada malam itu Allah SWT
mengatur dan menetapkan khiththah dan strategi bagi Nabi-Nya, Muhammad
saw., guna mengajak manusia kepada agama yang benar yang pada akhirnya
akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia, baik sebagai individu
maupun kelompok.

2. Kemuliaan. Malah tersebut adalah malam mulia yang tiada bandingnya.
Ia mulia karena terpilih sebagai malam turunnya al-Quran serta karena
ia menjadi titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih (QS. al
An'am: 19) yang berbicara tentang kaum musyrik: Ma qodaru Allaha haqqo
qodrihi idz qolu ma anzala Allahu 'ala basyarin min syai'i (Mereka itu
tidak memuliakan Allah sebagaimana kemuliaan yang semestinya, tatkala
mereka berkata bahwa Allah tidak menurnkan sesuatu pun kepada manusia).

3. Sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya
malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam surat
al-Qadr: Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh (Jibril) dengan
izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. (QS ar -Ra'ad: 26).

Ketika arti tersebut, pada hakikatnya, dapat menjadi benar, karena
bukankah malam tersebut adalah malam mulia, yang bila dapat diraih maka
ia menetapkan masa depan manusia, dan bahwa pada malam itu
malaikat-malaikat turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan? Namun
demikian, apakah ia datang setiap tahun atau hanya sekali, yakni ketika
turunnya al-Quran lima belas abad lalu.

Dari al-Quran kita menemukan penjelasan bahwa wahyu-wahyu mempercayai
bahwa al-Quran telah sempurna dan tidak ada lagi wahyu setelah wafatnya
Nabi Muhammad saw., maka atas dasar logika itu, ada yang berpendapat
bahwa malam mulia itu sudah tidak akan hadir lagi. Kemuliaan yang
diperoleh oleh malam tersebut adalah karena ia terpilih menjadi waktu
turunnya al-Quran.

Pakar hadits, Ibnu Hajar, menyebutlkan satu riwayat dari penganut faham
di atas yang menyatakan bahwa Nabi saw. pernah bersabda bawha malam
qadr sudah tidak akan datang lagi.

Pendapat tersebut ditolak oleh mayoritas ulama dengan berpegang pada
teks ayat al-Quran serta sekian banyak teks hadits yang menunjukkan
bahwa laylatul qadr terjadi pada setiap bulan Ramadhan. Bahkan, Rasul
saw. menganjurkan umatnya untuk mempersiapkan jiwa menyambut malam
mulia itu secara khusus pada malam-malam ganjil setelah berlalu dua
puluh hari Ramadhan.

Memang, turunnya al-Quran lima belas abad yang lalu terjadi pada malam
laylatul qadr, tetapi itu bukan berarti bahwa malam mulia itu hadir
pada saat itu saja. Ini juga berarti bahwa kemuliaannya bukan hanya
disebabkan karena al-Quran ketika ia turun, tetapi karena adanya faktor
intern pada malam itu sendiri. Pendapat tersebut dikuatkan juga dengan
penggunaan bentuk kata kerja mudhari' (present tense) yang mengandung
arti kesinambunga, atau terjadinya sesuatu pada masa kini dan masa
datang.

Nah, apakah bila ia hadir, ia akan menemui setiap orang yang terjaga
(tidak tidur) pada malam kehadirannya itu? Tidak sedikit umat Islam
yang menduganya demikian. Namun, dugaan itu keliru, karena itu dapat
berarti bahwa yang memperoleh keistimewaan adalah yang terjaga baik
untuk menyambutnya maupun tidak.

Di sisi lain, ini berarti bahwa kehadirannya ditandai oleh hal-hal yang
bersifat fisik material, sedangkan riwayat-riwayat demikian tidak dapat
dipertanggungjawabk an kesahihannya. Dan seandainya, ada tanda-tanda
fisik material, maka itupun tidak akan ditemui oleh orang-orang yang
tidak mempersiapkan diri dan menyucikan jiwa guna menyambutnya.

Air dan minyak tidak mungkin akan menyatu dan betemu. Kebaikan dan
kemuliaan yang dihadirkan oleh laylatul qadr tidak mungkin akan diraih
kecuali oleh orang-orang yang tertentu saja. Tamu agung yang datang ke
suatu tempat , tidak akan datang menemui setiap orang di lokasi itu,
walaupun setiap orang di tempat itu mendambakannya.

Bukankah ada orang yang sangat rindu atas kedatangan kekasih, namun
ternyata sang kekasih tidak sudi mampir menemuinya? Demikian pula
dengan laylatul qadr.

Itu sebabnya bulan Ramadhan menjadi bulan kehadirannya, karena bulan
ini adalah bulan penyucian jiwa, dan itu pula sebabnya sehingga ia
diduga oleh Rasul datang pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.
Karena, ketika itu, diharapkan jiwa manusia yang berpuasa selama dua
puluh hari sebelumnya telah mencapai satu tingkat kesadaran dan
kesucian yang memungkinkan malam mulia itu berkenan mampir menemuinya.
Dan itu pula sebabnya Rasul saw. menganjurkan sekaligus mempraktikkan
i'tikaf (berdiam diri dan merenung di masjid) pada sepuluh hari
terakhir pada bulan Ramadhan.

Apabila jiwa telah siap, kesadaran telah mulai bersemi, dan laylatul
qadr datang menemui seseorang, ketika itu malam kehadirannya menjadi
saat qadr--dalam arti, saat menentukan bagi perjalanan sejarah hidupnya
pada masa-masa mendatang. Saat itu, bagi yang bersangkutan adalah saat
titik tolak guna meraih kemuliaan dan kejayaan hidup di dunia dan di
akhirat kelak, dan sejak saat itu, malaikat akan turun guna menyertai
dan membimbingnya menuju kebaikan sampai terbit fajar kehidupannya yang
baru kelak di hari kemudian.

Syaikh Muhammad 'Abduh pernah menjelaskan pandangan Imam al Ghazali
tentang kehadiran malaikat dalam diri manusia. Abduh memberikan
ilustrasi berikut:

"Setiap orang dapat merasakan bahwa dalam jiwanya ada dua macam
bisikan, yaitu bisikan baik dan buruk. Manusia sering kali merasakan
pertarungan antara keduanya, seakan apa yang terlintas dalam fikirannya
ketika itu sedang diajukan ke satu sidang pengadilan. Yang ini menerima
dan yang itu menolak, atau yang ini berkata lakukan dan yang itu
mencegah, demikian halnya sampai pada akhirnya sidang memutuskan
sesuatu."

Yang membisikan kebaikan adalah mailkat, sedangkan yang membisikan
keburukan adalah setan atau paling tidak penyebab adanya bisikan itu
adalah malaikat atau setan. Nah, turunnya malaikat, pada malah laylatul
qadr, menemui orang yang mempersiapkan diri menyambutnya berarti bahwa
ia akan selalu disertai oleh malaikat sehingga jiwanya selalu terdorong
untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Jiwanya akan selalu merasakan salam
(rasa aman dan damai) yang tidak terbatas sampai fajar malam laylatul
qadr, tetapi sampai akhir hayat menuju fajar kehidupan baru di hari
kemudian kelak."

Telah disebutkan bahwa Nabi saw., menganjurkan sambil mengamalkan
i'tikaf di masjid dalam rangka perenungan dan penyucian jiwa. Masjid
adalah tempat suci, tempat segala aktivitas kebajikan bermula. Di
masjid, seseorang diharapkan merenung tentang diri dan masyarakatnya.
Juga, di masjid, seseorang dapat menghindar dari hiruk pikuk yang
menyesakkan jiwa dan fikiran guna memperoleh tambahan pengetahuan dan
pengayaan iman. Itulah sebabnya ketika melakukan i'tikaf, seseorang
dianjurkan untuk memperbanyak doa dan bacaan al-Quran, atau bahkan
bacaan-bacaan lainnya yang dapat memperkaya iman dan ketakwaan.

Malam al qadr, yang ditemui atau menemui Nabi saw. pertama kali adalah
ketika beliau menyendiri di Gua Hira, merenung tentang diri beliau dan
masyarakat. Ketika jiwa beliau telah mencapai kesuciannya, turunya al
Ruh (Jibril) membawa ajaran dan membimbing beliau sehingga terjadilah
perubahan total dalam perjalanan hidup beliau bahkan perjalanan hidup
umat manusia.

Dalam rangka menyambut kehadiran laylatul qadr itu yang beliau ajarkan
kepada umatnya, antara lain, adalah melakukan i'tikaf. Walaupun i'tikaf
dapat dilakukan kapan saja dan dalam waktu berapa lama saja, bahkan
dalam pandangan Imam Syafi'i, walaupun hanya sesaat selama dibarengi
oleh niat yang suci. Namun Nabi saw. selalu melakukannya pada sepuluh
malam hari dan malam terakhir bulan puasa. Disanalah beliau tadarus dan
merenung sambil berdoa.

Salah satu doa yang paling sering beliau baca dan hayati maknanya
adalah: Robbana atina fid dunya hasanah, wa fil akhiroti hasanah wa
qina 'adzabannar (Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebaikan
di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa
neraka).

Doa ini bukan sekadar berarti memohon untuk memperoleh kebaikan dunia
dan akhirat, tetapi lebih-lebih lagi bertujuan untuk memantapkan
langkah dalam upaya meraih kebaikan yang dimaksud, karena doa
mengandung arti permohonan yang disertai usaha. Permohonan itu juga
berarti upaya untuk menjadikan kebaikan dan kebahagiaan yang diperoleh
dalam kehidupan dunia ini, tidak hanya terbatas dampaknya di dunia,
tetapi berlanjut hingga hari kemudian kelak.

Kalau yang demikian itu diraih oleh manusia, maka jelaslah ia telah
memperoleh kemuliaan dunia dan akhirat. Karena itu, tidak heran jika
kita mendengar jawaban Rasul saw. yang menunjuk kepada doa tersebut,
ketika istri beliau A'isyah menanyakan doa apa yang harus dibaca jika
ia merasakan kehadiran laylatul qadr.

Semoga pada malam itu kita bisa ditemui dan menemuinya sehingga sejarah hidup kita berubah ke arah yang lebih baik. Aamiin!!!

VIva Forever for Our Friendship...












Viva Forever

Do you still remember
How we used to be
Feeling together believe in whatever
My love have said to me
Both of us were dreamers
Young love in the sun
Felt like my savior, my sprit I give you
We'd only just begun
( chorus )
Hasta manana always be mine
Viva forever I'll be waiting
Everlasting like the sun
Live forever for the moment
Ever searching for the one
Yes I still remember every whispered word
The touch of your skin
Giving life from within
Like a love song that I'd heard
Slipping through our fingers
Like the sands of time
Promises made every memory saved
Has reftections in my mind
But we're all alone now
Was it just a dream
Feeling untold, they will never the sold
And the secrets safe with me
Hasta Manana , always be mine
Viva forever I'll be waiting (Spice Girls’s song)



“Met Milad ya sayang,
May Allah give u All the Best..”


Warm regards,
irni

Selasa, 16 September 2008

Buat Apa Kerja...

Di tengah seabreg rutinitas, terkadang tiba-tiba kita merasakan kepenatan bekerja..dan muncul segala keluh kesah kita mulai dari 'A-Z'..
lama-kelamaan, muncul pertanyaan mengapa atau untuk apa kita bekerja??apakah hanya untuk mendapatkan 'segenggam berlian dan sesuap nasi'?? atau untuk mengejar karier tertinggi di tempat kita bekerja??atau bahkan hanya untuk mengisi kekosongan waktu dan mendadak menjadi orang yang perfectsionist, agar jika suatu saat di tanya oleh orang lain apakah sudah bekerja atau belum, maka kita sudah punya jawabannya, "ya...saya sudah bekerja.." dan secara 'sinis' anda mengatakan kepada diri kita sendiri, "nah..saya bukan pengangguran toh..??"

di titik inilah, saya menyadari..ternyata saya sendiri masih kurang mengetahui tujuan rutinitas yang setiap hari saya kerjakan..
hampir-hampir saya 'muak', karena tiba-tiba tersadar apakah saya hanyalah MESIN??atau ROBOT yang menjadi 'korban' gedung-gedung pencakar langit di Ibukota ini??..

Namun, ketika saya serahkan bahwa ada yang menggenggam diri, jiwa, dan kehidupan ini..maka saya mencari tahu..adakah hubungan antara kerja dengan ibadah??karena, saya khawatir, jangan-jangan selama ini pekerjaan yang saya jalani hanya RUTINITAS dan KESIBUKAN untuk mengejar DUNIAWI semata, yang mungkin..sama sekali tak bernilai di sisi-Nya dan mungkinkah kerja-kerja KE-DUNIAWI-AN kita itu dinilai olehNya??lalu seharusnya apa yang tepat untuk kita jadikan TUJUAN dari pekerjaan yang kita lakukan??dan bagaimanakah posisi rutinitas kerja kita itu dimata Allah??

***********

Bekerja merupakan kewajiban Muslim yang sehat fisik dan mental. Orang yang bekerja dengan benar, dalam rangka menjalankan perintah dan mengharapkan ridho Allah akan mendapat ganjaran pahala dari-Nya. Sebaliknya, orang yang mengabaikannya mendapat dosa, apabila tidak ada halangan syar'i dalam mewujudkannya.

Kerja merupakan wujud syukur kepada Allah. Orang bekerja berarti telah menggunakan nikmat kesehatan fisik yang diberikan Allah secara baik dan benar. Allah berfirman, "Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih." (QS 34:13).

Islam menghargai orang yang makan dan minum dari hasil kerja sendiri. Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seseorang mengonsumsi makanan itu lebih baik daripada mengonsumsi makanan yang diperoleh dari hasil kerja sendiri, sebab Nabi Allah, Daud, mengonsumsi makanan dari hasil kerjanya." (HR Bukhari). Hadis ini mendorong Muslim bekerja memperoleh kebutuhan hidup menggunakan tangan dan kekuatan fisik. Kemuliaan dan kehormatannya ditentukan oleh kemampuan menggunakan potensi diri untuk bekerja.

Dalam bekerja harus ada rencana yang baik dan matang karena akan menentukan keberhasilan dari kerja tersebut. Rencana dibuat untuk jangka pendek dan panjang. Allah berfirman, "Hai orang- orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS 59:18).

Muslimin diperintahkan Allah bekerja, tetapi ia tidak mengetahui dan bisa memastikan hasilnya. Ini pula yang mendorongnya bekerja maksimal agar mencapai hasil memuaskan. Allah berfirman, "Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS 31:34).

Setiap Muslim dituntut bekerja sekuat tenaga dan mengerahkan segala kemampuan. Allah menilai kesungguhannya dalam bekerja. Allah berfirman, "Katakanlah: 'Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah di antara kita yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini'."(QS 39:39).

Kerja merupakan bagian ibadah kepada Allah, sehingga dilakukan dengan cara terbaik. Kerja tidak boleh melalaikan Muslim dari ibadah kepada Allah. Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS 62:9).

Setelah bekerja secara maksimal, Muslim dituntut tawakal, menyerahkan hasilnya kepada Allah. Tawakal penting agar ketika berhasil tidak lupa bersyukur kepada Allah yang menganugerahkan hasil kerja tersebut. Dan ketika gagal, ia tidak putus asa karena hal itu ujian dari Allah agar kita bersabar. Allah berfirman, "Dan bertakwalah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara." (QS 33:3).

Last Updated ( Friday, 02 December 2005 )
sumber :http://riskaonline.org

Jumat, 12 September 2008

LASKAR PELANGI....















Lirik lagu Nidji - Laskar Pelangi


mimpi adalah kunci
untuk kita menaklukkan dunia
berlarilah
tanpa lelah sampai engkau
meraihnya

laskar pelangi
takkan terikat waktu
bebaskan mimpimu di angkasa
raih bintang di jiwa

menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersukurlah pada yang kuasa
cinta kita di dunia

selamanya…

cinta kepada hidup
memberikan senyuman abadi
walau hidup kadang tak adil
tapi cinta lengkapi kita

laskar pelangi
takkan terikat waktu
jangan berhenti mewarnai
jutaan mimpi di bumi

menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersukurlah pada yang kuasa
cinta kita di dunia

selamanya


http://www.4shared.com/get/61039294/de611e22/nidji_-_laskar_pelangi.html

PILIH MANA: ILMU, FILSAFAT ATAU AGAMA???

Suatu hari seorang mahasiswa yang sedang kebingungan memahami hidup bertanya pada dosennya, "Pak mana sih yang perlu kita pegang dalam menghadapi masalah hidup. Ilmu, filsafat atau agama?"

Pertanyaan ini tentu saja menyentakkan sang dosen yang sebenarnya memiki fak mengajar Akuntansi. Untung saja, saat sang dosen masih mahasiswa sempat aktif di lingkungan pengajian, sehingga dia bisa memberi dan menguraikan perbedaan tiga ranah pemikiran itu dengan bijak dan akurat.

Namun sang dosen juga berusaha menjelaskan dengan hati-hati agar tidak terjebak dalam pemahaman yang keliru. Penjelasan dosen itu demikian. "Pada dasarnya ketiga cabang pengetahuan itu (ilmu, filsafat dan agama) sering menjadi bagian dari cara manusia mengambil keputusan. Hanya saja satu sama lainnya saling berjalin berkelindan, sesuai dengan kapasitas persoalan yang dihadapi."

Sang dosen masih menjelaskan, namun lebih hati-hati agar tidak terperangkap dalam bias. "Ketiga cabang pengetahuan itu pada dasarnya sama manfaatnya bagi manusia, yang membedakan adalah pada tiga hal: proses memperolehnya, dasar dan sifat kebenaran yang ditawarkan."

Ilmu, menurut sang dosen, dalam proses memperolehnya melalui penelitian lewat pembuktian laboratorium. Yang mendasari bekerjanya ilmu adalah akal sehat, sehingga kebenaran yang ditawarkan bersifat positf relatif. Artinya, kebenaran yang ditawarkan ilmu itu memang benar, tapi tidak mutlak.

Sementara filsafat pada dasarnya merupakan proses berfikir secara radikal, penuh logika. Akal adalah dasar dari filsafat menjelaskan segala hal, segala yang masuk akal adalah benar menurut versi filsafat. Segala hal yang tidak masuk akal adalah tidak benar. Karena itu sifat kebenaran yang ditawarkan filsafat adalah spekulatif.

Sedangkan agama (khususnya Islam), proses turunnya melalui wahyu, sehingga titik tolaknya adalah wahyu Allah. Sementara dasar memahami agama adalah dengan pendekatan akal dan hati. Check and balance antara akal dan hati ini pada akhirnya menawarkan kebenaran yang mutlak.

Mahasiswa itupun protes, "Apa alasannya kebenaran agama itu mutlak, apakah kebenaran agama itu sempurna?" Maklum sang mahasiswa lagi gandrung dengan pemikiran Karl Marx, bahkan dia sedang menghabiskan setengah dari buku Das Capital yang dimilikinya.

Dengan lebih hati-hati sang dosen menjawab, "Alasannya, pertama, dalam kitab suci jelas-jelas mengklaim bahwa Al haq mirrobbika falaa takunanna minal mumtarin (Kebenaran dari Tuhan itu adalah mutlak dan hakiki, maka janganlah mencari kebenaran yang lain)."

"Kedua, kebenaran agama terjaga dan terabadikan dalam kitab suci Al Qur'an, dimana di dalamnya ada instrumen yang menjaga kesuciannya dari tangan-tangan kotor yang berusaha menodainya. Yakni ilmu kelengkapan memahami Al Qur'an, seperti tajwid (membaca dengan benar), tartil (membaca dengan indah), mantiq (logika kitab suci), balaghoh (asal usul kata dan bahasa) nahwu sharaf (gramatika) dan siroh (sejarah sebagai instrumen konfirmasi). "

"Ketiga, kebenaran agama berangkat dari kitab suci al-Quran yang konfirmasinya ada pada alam raya. Soal manusia dari tiada, dihidupkan, dimatikan dan dihidupkan lagi, dan akhirnya kembali pada-Nya. Soal astronomi, soal fenomena gunung meletus, langit tanpa tiang, serta soal air laut yang terbelah antara air asin dan air tawar, air panas dan air dingin, dst."

"Keempat, kebenaran agama berangkat dari tokoh yang menjadi penyampai pesannya (devine messenger). Aisyah mengatakan Rasulullah itu adalah al-Quran yang berjalan: jujur, berani, bersih, mengayomi, konsisten, dan ajarannya mampu mempengaruhi 2/3 dunia. Sejarah yang tak pernah terulang hingga detik ini."

"Kelima, kebenaran agama kendati disingkirkan, dibantai, dimusnahkan, tetap abadi karena memang yang menjaga langsung adalah Allah SWT melalui orang-orang cerdasnya, orang-orang berani, orang-orang yang tidak takut akan mati."

Sang mahasiswa akhirnya mengerti betapa kelengkapan- kelengkapan yang ditawarkan dalam agama pada akhirnya menawarkan kebenaran yang sifatnya mutlak....demikian simpulnya sambil mengancam kalau-kalau ada kebenaran yang lebih tinggi yang terus dicarinya!!!

APA Perlunya BERAGAMA??

Dalam kehidupan yang sangat materialistik, batas antara Tuhan dan kebendaan menjadi tipis, kadang Tuhan menjelma menjadi jabatan, peluang, karir dan lainnya. Sehingga beragama pada abad sekarang ini serasa hampa.

Atau paling tidak agama diakui eksistensinya, namun dipinggirkan perannya dalam sudut-sudut individual. Sebagaimana diungkap John Locke: "Agama bersifat khusus, sangat pribadi, sumbernya adalah jiwaku dan mustahil bagi orang lain memberi petunjuk kepadaku jika jiwaku sendiri tidak memberitahu kepadaku."

Begitu pula ungkapan kalangan profesional muda akhir-akhir ini. Benarkah sinyalemen ini?

Pandangan pakar abad 16-17 itu langsung dibantah oleh Mahmud Syaltut dengan pernyataannya: "Agama adalah ketetapan-ketetapan Ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia."

Sementara Syaikh Muhammad Abdullah Badran lebih mengangkat definisi Al Quran dengan pendekatan kebahasaan. Din yang biasa diterjemahkan sebagai agama menggambarkan "hubungan antara dua pihak dimana yang pertama punya kedudukan lebih tinggi daripada yang kedua."

Memang, pada dasarnya manusia lahir tanpa mengetahui sesuatu. Ketika itu yang diketahuinya hanya 'saya tidak tahu'. Tapi kemudian, dengan panca indra, akal, dan jiwanya, sedikit demi sedikit pengetahuannya bertambah.

Dengan coba-coba, pengamatan, pemikiran logis, dan pengalamannya, ia menemukan pengetahuan. Namun demikian, keterbatasan panca indera dan akal menjadikan sekian banyak tanda tanya yang muncul dalam benaknya tidak dapat terjawab.

Hal ini dapat mengganggu perasaan dan jiwanya, dan semakin mendesak pertanyaan tersebut semakin gelisah ia bila tidak terjawab. Hal ini antara lain dikarenakan manusia memiliki naluri ingin tahu (couriosity) .

Kalau demikian, manusia membutuhkan informasi tentang apa yang tidak diketahuinya itu, khususnya dalam hal-hal yang sangat mendesak yang mengganggu ketenangan jiwanya atau menjadi syarat bagi kebahagiaannya. Disinilah informasi Tuhan itu datang.

Sebelum melanjutkan pembicaraan tentang apa informasi itu dan bagaimana diperoleh, kita lihat sisi lain dari sebab kebutuhan manusia terhadap agama. Sisi itu adalah sisi kehidupannya sebagai makhluk sosial.

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendirian, karena ada sekian banyak kebutuhan yang tidak dapat dipenuhinya sendiri. Petani memerlukan baju yang tidak dapat dibuatnya sendiri, karena keterbatasan waktu dan pengetahuannya. Di sisi lain penenun membutuhkan makan, ikan, garam, lauk pauk, dan lainnya. Bila sakit ia membutuhkan dokter dan obat serta masih banyak lagi kebutuhan manusia yang kesemuanya baru dapat terpenuhi apabila mereka bekerja.

Hidup manusia bagaikan lalu lintas, masing-masing ingin berjalan dengan selamat sekaligus cepat sampai ke tujuan. Namun, karena kepentingan mereka berlain-lainan, maka apabila tidak ada peraturan lalu lintas kehidupan, pasti akan terjadi benturan dan tabrakan.

Nah, dengan demikian, ia membutuhkan peraturan demi lancarnya lalu lintas kehidupan. Manusia membutuhkan rambu-rambu lalu lintas yang akan memberinya petunjuk seperti kapan harus berhenti, harus hati-hati dan kapan berjalan.

Siapa yang mengatur lalu lintas kehidupan itu? Manusiakah? Paling tidak dalam persoalan pengaturan di atas, manusia mempunyai dua kelemahan: pertama, keterbatasan pengetahuannya. Kedua, sifat egoisme atau ingin mendahulukan kepentingan diri sendiri.

Kalau demikian, yang seharusnya mengatur lalu lintas kehidupan adalah Dia yang paling mengetahui sekaligus yang tidak mempunyai kepentingan sedikitpun. Yang dimaksud adalah Allah SWT.

Allah yang menetapkan peraturan-peraturan tersebut, baik secara umum, berupa nilai-nilai, maupun secara rinci. Khususnya bila perincian petunjuk itu tidak dapat dijangkau oleh nalar manusia. Peraturan-peraturan itulah yang kemudian dinamai agama.

Lantas bagaimana informasi keagamaan itu diterima manusia? Pada dasarnya menusia memperoleh pengetahuan berkat usahanya dengan menggunakan potensi yang dianugerahkan Allah kepadanya. Tetapi, dalam kenyataannya, terkadang manusia memperoleh pula informasi tanpa ada upaya darinya.

Memperhatikan hal di atas, ilmuwan mengakui bahwa ada dua faktor dalam setiap aksi pengetahuan, yaitu subjek dan objek. Sehubungan dengan proses pemahaman, ada dua kemungkinan proses. Pertama, subjek merangkum objek dengan potensi (alat-alat) yang dimilikinya. Kedua, objek yang memperhatikan dirinya sendiri kepada subjek. Jalur pertama adalah jalur ilmu pengetahuan dan filsafat, sedangkan jalur kedua adalah jalur agama dan yang dikenal dengan istilah wahyu.

Para ahli memberi contoh untuk ini dengan mimpi-mimpi yang benar. Semakin suci dan bersih jiwa seseorang, semakin sering ia bermimpi dengan mimpi yang benar. Enam bulan sebelum menerima wahyu pertama, Rosulullah Muhammad SAW selalu bermimpi dan selalu terbukti kebenaran mimpinya. "Mimpi yang benar adalah seperempat puluh enam dari wahyu kenabian." demikian sabda Nabi SAW. Contoh lain adalah, planet-planet yang jauh sekali sehingga jangankan pandangan mata, alat-alat teleskop pun tidak dapat menjangkaunya. Tetapi, sesekali planet-planet itu memasuki wilayah dimana kemampuan alat-alat manusia dapat menajngkaunya. Seperti komet Hally, setiap tujuh puluh tahun ia datang menampakkan dirinya.

Di sini, objek datang kepada manusia. Para ahli yang menggunakan alat-alatnya mengetahui persis keadaan komet tersebut. Para ahli yang tidak hidup pada masa kedatangan komet tersebut atau memiliki alat-alat, tetapi tidak dapat melihatnya, membenarkan keterangan para ahli yang melihatnya.

Demikian wahyu-wahyu Ilahi yang diterima manusia-manusia tertentu, dalam hal ini para nabi. Walaupun yang lain tidak menerimanya, namun mereka tidak ada alasan untuk menolaknya.

Memang ada saja manusia meragukan kebenaran informasi itu. Jika itu terjadi, Allah SWT akan memberikan bukti kebenaran. Mereka yang meragukan ditantang untuk membuat atau melakukan semacam apa yang dilakukan manusia pilihan Tuhan itu seperti para nabi. Bukti tersebut dalam bahasa agama dinamai mu'jizat. Allah sendiri menuding mereka yang tak memerlukan agama adalah makhluq asosial, atau makhluk yang sombong!!!

Kamis, 11 September 2008

Keutamaan Al-Qur'an

sumber: Tafsir Sepersepuluh dari Al-Qur’an Al-Karim Berikut Hukum-hukum Penting bagi Muslim, hal 74-75. http://www.%20tafseer.info/


Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan dan kekasih kita, Rasulullah, keluarga beserta para sahabat beliau, shalallahu ‘alaihi wasalam.


Amma ba’du

Al-Qur’an adalah kalam (firman) Allah. Keutamaannya atas segala perkataan seperti keutamaan Allah atas seluruh makhluk-Nya. Membacanya adalah amalan yang paling utama dilakukan oleh lisan.
Keutamaan Mempelajari, Mengajarkan, dan Membaca Al-Qur’an


Pahala mengajarkannya.

Sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam:
“Sebaik-baik kalian adalah siapa yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Pahala membacanya.

Sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam:
“Siapa saja membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Qur’an), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.” (HR. At-Tirmidzi)

Keutamaan mempelajari al-Qur’an, menghafalnya, dan pandai membacanya.

Sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam:

“Perumpamaan orang yang membaca al-Qur’an sedang ia hafal dengannya bersama para malaikat yang suci dan mulia, sedang perumpamaan orang yang membaca al-Qur’an sedang ia senantiasa melakukannya meskipun hal itu sulit baginya maka baginya dua pahala.” (Muttafaq ‘alaih)

Dan sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam:
“Dikatakan kepada ahli Al-Qur’an, ‘Bacalah, naiklah dan bacalah dengan tartil sebagaimana kamu membaca di dunia karena kedudukanmu terletak pada akhir ayat yang kamu baca.” (HR. At-Tirmidzi)

Al-Khaththabi mengatakan:
“Disebutkan dalam atsar bahwa jumlah ayat al-Qur’an adalah sesuai dengan jumlah tingkatan dalam surga. Dikatakan kepada pembaca (al-Qur’an), ‘Naiklah dalam tingkatan sesuai dengan ayat al-Qur’an yang sebelumnya kamu baca (di dunia).’ Karena itu siapa yang membaca dengan sempurna seluruhnya al-Qur’an, maka ia menempati tingkatan surga yang paling atas di akhirat. Sedang siapa yang membaca sesuatu juz darinya, maka kenaikannya dalam tingkatan surga sesuai dengan bacaannya itu. Dengan demikian, akhir pahalanya adalah pada akhir bacaannya.

Pahala bagi orang yang anaknya mempelajari Al-Qur’an.

“Siapa saja membaca al-Qur’an, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan kepada kedua orangtuanya pada hari kiamat mahkota dari cahaya yang sinarnya bagaikan sinar matahari, dan dikenakan kepada kedua orangtuanya dua perhiasan yang nilainya tidak tertandingi oleh dunia. Keduanyapun bertanya, ‘Bagaimana dipakaikan kepada kami semuanya itu?’ Dijawab, ‘Karena anakmu telah membawa al-Qur’an.” (HR. Al-Hakim)

Al-Qur’an memberi syafa’at kepada ahlinya di Akhirat.
Sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam:
“Bacalah al-Qur’an karena ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada para ahlinya.” (HR. Muslim)

Dan sabda beliau shalallahu ‘alaihi wasalam:
“Puasa dan al-Qur’an, keduanya akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari Kiamat…” (HR. Ahmad dan al-Hakim)

Pahala bagi orang yang berkumpul untuk membaca dan mengkajinya.

Sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam:
“Tidak berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah Ta’ala, sedang mereka membaca kitab-Nya dan mengkajinya, melainkan mereka akan dilimpahi ketenangan, dicurahi rahmat, diliputi para malaikat, dan disanjungi oleh Allah di hadapan para makhluk dan di sisi-Nya.” (HR. Abu Dawud)

Pelipatgandaan Pahala Bacaan

Setiap orang yang membaca al-Qur’an dengan ikhlas Lillahita'ala, maka ia mendapat pahala. Namun pahala ini dilipatgandakan jika disertai dengan kehadiran hati, penghayatan, dan pemahaman terhadap ayat yang dibaca. Maka satu huruf bisa dilipatgandakan pahalanya menjadi sepuluh kebaikan, bahkan tujuh ratus kali lipat.
Jumlah Ayat yang Dibaca dalam Sehari Semalam
Para sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam biasanya membuat untuk diri mereka sendiri sejumlah ayat al-Qur’an untuk dibaca setiap hari. Tidak seorangpun dari mereka yang senantiasa mengkhatamkan al-Qur’an dalam waktu kurang dari tujuh hari. Bahkan ada larangan berkenaan dengan mengkhatamkan al-Qur’an kurang dari tiga hari.
Maka berupayalah dengan sungguh-sungguh saudaraku, untuk memanfaatkan waktu Anda dengan membacanya. Buatlah untuk diri Anda kadar bacaan harian, dan janganlah Anda meninggalkannya dalam keadaan bagaimanapun. Sedikit tapi terus menerus lebih baik daripada banyak tapi terputus. Karena itu, jika Anda lalai atau ketiduran maka laksanakan gantinya pada esok harinya.
Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda:
“Siapa saja tidur melupakan hizbnya atau sesuatu darinya, lalu membacanya pada waktu antara Shalat Subuh dan Shalat Zhuhur, maka dicatat baginya pahala seakan-akan ia telah membacanya di malam hari.” (HR. Muslim)