Jumat, 24 Juli 2009

At The First Strike...!!!

Pasti menyenangkan jika menemui satu hal baru, apalagi hal baru itu sangat kita sukai. Entah bepergian ke suatu tempat, mencoba menu makanan baru, atau sekadar bermain di taman kota, untuk apa saja..seperti, lari pagi mungkin?duduk-duduk saja mungkin?bisa juga hanya memperhatikan orang-orang yang berkeliaran di sana-sini, terserah kalian saja mau melakukan apa di sana ^_^

Nah..untuk saya, saya akan menceritakan tentang satu hal yang baru saya temui. mungkin sedikit. tidak banyak. mungkin kalau boleh diberi judul, bab yang satu ini adalah bab sabar. Saya juga tidak tau bagaimana saya merespon hal ini, entahlah menyenangkan atau tidak, tak jadi soal buat saya, yang saya pikirkan adalah hal ini baru bagi saya. Dan hal itu adalah hal tentang kesadaran..iya..benar, k..e..sa..da..ran…

belakangan saya baru menyadari, saya itu kurang sabar..(sssttt…!!!jangan ramai dong, saya malu mengakuinya nih^_^)

mungkin, kalau ada ujian untuk bab yang satu ini saya akan berulang kali kena HER..

tapi yakinlah, pernyataan saya tadi bukan berarti lantas saya menyerah, dan menjadikan Si SABAR tadi sebagai Tembok Besar Cina atau akrab dikenal dengan Great Wall, yang membentang di negeri Tirai Bambu itu. Tembok Besar yang sangat tidak mungkin untuk dihancurkan. bahkan seribu kekuatan bom - yang berhasil menghancurkan sebagian hotel JW Mrriot & Ritz Calton - pun juga belum tentu bisa merobohkan tembok itu..

Dan saya juga tidak bermaksud menjadikannya hal ini ringan – seringan kapas, dan saya juga tidak ingin merubahnya menjadi hal yang sepele –seperti bayangan, yang selalu ada tapi selalu tidak kita hiraukan keberadaannya dan yang lebih mengenaskan lagi, kita injak-injak dia.
tidak..tidak seringan dan sesepele itu..
hmm, jadi baiknya saya anggap seperti apa ya?
atau begini saja, dari pada rumit memikirkan seperti apa akan saya anggap si sabar tadi, saya kira akan lebih baik jika saya mencari tau apa yang harus dilakukan orang yang kurang sabar seperti saya..hmm apa ya..
apakah saya harus tenggelam berjam-jam dalam genangan pekerjaan yang membutuhkan kesabaran?atau berkawan dengan orang yang memiliki kadar kesabaran yang jauh di atas kadar sabar saya??hmm, bisa juga sih..!!
kalau membahas bab ini, saya jadi ingat satu kisah beberapa abad lalu.
haaa..ternyata jauh-jauh hari Rasulullah sudah memberi pesan tentang bab yang satu ini.

coba kita simak sama-sama ya kisahnya..ini diaa..:

(sedikit panjang, Naah..sedikit bersabar ya untuk membaca kisahnya ^_^)

Diriwayatkan pada suatu ketika Rasulullah SAW sedang berjalan dari suatu tempat. Di tengah perjalanan beliau SAW mendengar jeritan-jeritan yang berasal dari sebuah rumah. Ketika melewati rumah tersebut, beliau SAW mendapati ternyata suara tersebut berasal dari seorang Ibu yang tak kuasa menahan sedih karena ditinggal mati anaknya.

Melihat itu, Rasulullah SAW setelah mengucap salam kemudian berkata kepada ibu itu: ”Sabar..bersabarlah, Wahai Ibu.”. Mendengar ucapan itu, si Ibu yang sedang bersedih itu tanpa melihat lagi siapa yang menasehati langsung bilang: ”Enak saja kau bilang begitu! Kau bisa bilang begitu karena yang mati bukan anakmu!”.

Mendengar jawaban ibu itu Rasul mulia SAW tidak marah. Beliau kemudian melanjutkan perjalanannya lagi. Rupanya dialog antara ibu dengan Rasulullah SAW tadi disaksikan oleh seseorang lelaki. Beberapa hari setelah itu lelaki tersebut mendatangi si Ibu tadi dan kemudian berkata: ”Apa jawabanmu terhadap seruan untuk bersabar dari seseorang yang datang waktu hari kematian anakmu yang lalu”. Si ibu yang tahu maksud pertanyaan itu menjawab: ”Aku bilang, enak aja kau bilang begitu! Kau bisa bilang begitu karena yang mati bukan anakmu!”.

Lelaki tersebut kemudian berkata: ”Astaghfirullah! Sangat tidak sopan jawabanmu terhadap Rasul Allah!”. Bagaikan disambar geledek, bukan kepalang terkejutnya si Ibu tadi ketika mengetahui bahwa orang yang dia hardik itu adalah Rasulullah SAW. Seketika itu juga si Ibu datang ke rumah Rasulullah SAW untuk meminta maaf.

Sesampainya di rumah Rasulullah SAW, ia dipersilahkan masuk. Kemudian Rasulullah SAW berkata: ”Apa maksud kedatanganmu kemari, wahai Ibu?”. Ibu itu menjawab: ”Aku bermaksud meminta maaf kepadamu atas ucapanku kepadamu tempo hari yang tidak sopan. Benar sekali nasehatmu ya Rasul, bahwa sebaiknya aku bersabar. Dan kini aku telah mengikuti anjuranmu untuk bersabar. Sekarang aku sabar, wahai Rasul Allah”.

Rasul mulia kemudian menjawab: ”Sabar itu adalah pada pukulan pertama.”

Yang dimaksud Rasulullah SAW dengan perkataan tersebut adalah bahwa kita dianjurkan untuk bersabar pada saat kita pertama menerima sebuah cobaan. Itulah kondisi-kondisi kritikal yang sangat memerlukan kesabaran tersebut. Setelah lewat masanya, sabar hanya berguna sebagai pelajaran untuk masa berikutnya. Akibat buruk karena ketidaksabaran kita telah terjadi dan tidak dapat kita putar ulang. Begitulah sabar yang dimaksudkan oleh Islam, sabar at first strike.

hmm, bermanfaat bagi saya, semoga bagimu juga ya...!!
terimakasih juga bagi yang menyajikan kisah ini disini :
(http://abufauzan.multiply.com/journal/item/6/Sabar_at_First_Strike)

Selasa, 21 Juli 2009

Yuuk..Meronce Makna..!!

'orang baik'
hmm...seingat saya sudah lama sekali ya rasanya saya tidak menyebut-nyebutnya. Bukan pertanda lupa. dan tidak akan mudah lupa untuk yang satu ini, karena sepanjang jalan, kami bicara tentang banyak kisah.
Bukan lagi tentang es kelapa jeruk yang kita nikmati di bawah siang, bukan lagi bubur kacang hijau hangat yang dihidangkan di tengah hujan kecil-kecil, dan bukan lagi es krim Ragusa.

Tapi tentang bulatan-bulatan makna, apa arti saling mengerti, menghargai, dan berjalan bersama, dan banyak lagi..yaa, dan bulatan itu, setiap hari kita ronce sedikit demi sedikit dan perlahan.. agar kita mengerti betul apa yang kita ronce..jadi.., bantu aku meroncenya juga yaa..??

Tapi, tunggu sebentar..ada yang ingin saya sampaikan:
kemana perjalanan ini bermuara ya..??

aha..!!
iya aku ingat!!
muara itu sudah kau buat jauh-jauh hari
dan kau bilang itu untukku..(^_^)

oke, sekarang saya tau kemana harus bermuara
oke, kita lanjutkan meroncenya ya,
saya yakin, roncean makna-makna tadi pasti akan memukau

terimakasih ya
semoga yang Maha Baik, memberi poin banyak pada roncean tadi...
amiiin ^_^

maaf ya.., saya hanya bisa tuangkan lewat tulisan
sebab saya tidak tau cara lain yang mesti saya tempuh selain menuangkannya lewat tulisan
^_^

Sabtu, 18 Juli 2009

Di antara duri mawar, ada harum bunga yang bisa dihirup











Judul Novel : Kabar Bunga

Judul Resensi : Di antara duri mawar, ada harum bunga yang bisa dihirup

Penulis : Marsiraji Thahir

Penerbit : Qish-U (Kelompok Penerbit Pro-U Media)

Harga : Rp. 44.000,-


Buku setebal 492 halaman terbitan Qish-U yang berjudul Kabar Bunga ini , sangat cocok menjadi karib bagi pembacanya. Apalagi yang sedang menghadapi masalah-masalah rumit di dalam kubus kehidupan mereka.

Otomatis bukan dalam konteks fisiknya saja, tetapi jauh lebih dalam. Yaitu, tentang kisah-kisah perjalanan tiga wanita dalam mengarungi liku perjalanan hidup mereka, dimana tidak sedikit ujian yang mereka hadapi. Dalam novel ini juga, pembaca akan menemui potongan kalimat yang akan mendongkrak dan memotivasi pembaca.

Sebagai bukti, sebut saja satu contoh kalimat yang diucapkan Wulan dalam novel ini, “jangan pernah dikira sendiri berarti satu orang, ada Allah yang temani..” [halaman 82] , Bagaimana? Bisa dibayangkan bukan, karakter dari novel ini?, tentu tidak hanya kalimat ini tentunya, masih banyak kutipan kalimat lain, yang dapat menggugah semangat pembaca dalam menghadapi berbagai rupa ujian ataupun masalah hidup, serta alur cerita dalam novel ini yang saling mendukung, yang akan memberikan banyak hikmah, semangat dan pengalaman tersendiri bagi pembaca.

Selain itu, selama mengikuti alur cerita ini, pembaca tidak hanya berperan pasif sebagai pengikut alur cerita, tetapi pembaca akan terlibat lebih jauh lagi, pembaca akan turut merasakan, dan memahami kepingan-kepingan peristiwa yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam novel. Seolah-olah, pembaca turut serta dalam kisah tersebut. Dari cerita yang ditawarkan, saya yakin pembaca akan menemukan banyak poin lebih dari Wulan yang religius, Asih yang tegar, dan Sabrina yang mandiri.

**

Adalah Wulan, tokoh yang mengawali cerita dalam novel ini. Dengan perasaan terpaksa, ia membawa setumpuk harapan besar akan Jakarta, bahwa di sana ia akan mengeruk ‘pundi-pundi’ untuk menutupi hutang-hutang Pak Handoko, sekaligus membiayai sekolah Ratih.

Meski pahit yang menyambut awal perjalanan Wulan di Jakarta, akan tetapi tujuan awal Wulan tetap menghangat di hatinya, demi Pak Handoko dan Ratih, ia berusaha melewati dan seolah tidak menghiraukan ujian dan kemalangan yang datang bertubi-tubi.

Kemudian, Asih yang juga menjadi bagian dari kemalangan dan penderitaan kehidupannya. Meski demikian, ia tetap tegar, walaupun dalam memorinya masih terasa berat tumpukan-tumpukan rasa pahit, saat kedua orang tuanya tega ‘menjualnya’ demi melanjutkan hidup di Jakarta. Dan menanggung kekecewaan mendalam kepada seorang laki-laki yang pergi meninggalkan diri dan janin yang ada di rahimnya tanpa rasa tanggung jawab.

Tokoh lain, adalah Sabrina, yang melengkapi rangkaian alur cerita novel ini. Kemalangan yang dialami Sabrina sedikit berbeda dari tokoh lainnya yang memiliki kisah pahit yang disebabkan oleh permasalahan sulit ekonomi keluarga. Sabrina justru sangat berkecukupan, namun ada yang tidak pernah ia dapat, kasih sayang dari orang tuanya. Hal inilah yang pada akhirnya membuat Sabrina pergi dan meninggalkan Ibunya. Pada Ibunyala, yang setiap hari selalu ia taruh harapan padanya untuk sedikit saja memberi kebahagiaan yang tulus, bukan sandiwara.

**

Banyak pertanyaan yang membumbung di atas kepala mereka, Wulan yang tidak pernah mengerti keberadaan dan wajah ibunya sejak lahir. Asih, yang dirundung kegalauan, apakah Sapto – anaknya – akan bertemu dengan ayahnya? Dan mengapa kedua orang tuanya tega ‘menjual’-nya?. Sabrina, apakah ia akan menemukan satu jawaban, mengapa ia tidak pernah mendapat kasih sayang tulus dari ibunya?.

Lalu, bagaimanakah akhir kisah mereka?, apakah bulatan-bulatan pertanyaan itu yang akan mempertemukan mereka berada pada satu titik terang?, ataukah mereka tetap akan terpisah dengan narasi yang berbeda, dan menemukan jawaban dari pertanyaan yang mereka bawa masing-masing? Dan apakah jawaban yang mereka dapatkan seharum bunga?

**

Tentu menyenangkan mengikuti alur ceritra dalam novel ini, seperti ikut bersama-sama Wulan, Asih, dan Sabrina, menyusun ‘puzzle-puzzle’ yang selama ini berserakan, dan menyatukan sisi-sisi ‘kepingan puzzle’ untuk sesegera mungkin menemukan sebuah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan, yang selama ini tersimpan.

Penulis sangat mahir merangkai ketiga narasi yang dialami masing-masing tokoh, yang menciptakan variasi rangkaian yang kian menarik.

Bahasa yang digunakan penulis sangat mudah untuk dipahami. Tidak kita temukan istilah-istilah yang rumit disini. Hanya saja pembaca harus siap dengan alur ceritanya yang maju-mundur, dan pembaca dituntut memiliki daya imajinasi tinggi. Kalau saja pembaca tidak bisa mengimajinasikan cerita menjadi satu alur yang kronologis, maka pembaca akan limbung, dan kehilangan makna dari cerita ini.

Begitu pembaca sampai di akhir cerita, pembaca akan mengantongi banyak hikmah dari cerita ini.

Mungkin sesuai dengan kutipan dari Aid Al-Qarni dalam bukunya yang berjudul La tahzan :

“ ..saat kita melihat hamparan sahara tanpa batas,

ketahuilah kita akan temui kebun yang rimbun..

Ketika kita melihat tali meregang kencang,

ketahuilah bahwa tali akan segera putus..

Tangisan akan berujung pada senyuman..

Ketakutan akan berujung pada rasa aman..

Dan malam pun akan berujung pada fajar..”

**

Di antara duri mawar, masih ada harum bunga yang bisa kita hirup..

Singkat kata, bersama kesulitan akan ada kemudahan dan jalan terang…

Hal inilah yang menjadikan novel ini layak untuk dibaca oleh siapapun. (NFT/J09)

Setia Sampai Ujung..















Judul : Tembang Ilalang; Pergolakan Cinta Melawan Tirani

Judul Resensi : Tembang Kesetiaan Ilalang

Pengarang : MD. Aminudin

Penerbit : Semesta

Tahun : 2008

Genre : Novel Sastra

Tebal : 509 Halaman

ISBN : 978-979-25-7414-2

Tembang Ilalang merupakan novel berlatar belakang sejarah perjuangan bangsa Indonesia, yang mengisahkan tentang perjalanan cinta, Asroel dan Roekmini, yang selama belasan tahun terpisahkan oleh jarak. Perpisahan mereka disebabkan oleh situasi dan kondisi bangsa yang tidak menentu, yang memaksa mereka untuk menjalani jalan terjal kehidupan masing-masing.

Rangkaian kisah ini dimulai pada saat Asroel harus berpisah dari Istrinya, Roekmini, dan Ismail, anaknya, yang baru saja lahir. Asroel tersangkut masalah pelik. Ia terjebak pada fitnah pembunuhan istri dari seorang tangan kanan Belanda. Tentu, hal ini bukanlah suatu kasus sepele, yang segera dapat diredam dengan sekali penjelasan mengenai kronologis peristiwa.

Masa silam Asroel lah, yang membuat kasus ini seolah tidak akan menemui titik terang. Asroel bukanlah seorang kampung biasa, meski kondisinya sama dengan penduduk setempat, yang pada saat itu ditindas secara fisik maupun moral oleh kaum penjajah. Asroel adalah seorang mantan anggota ”kelompok merah” yang sangat diandalkan. Namun, bergabung dengan ”kelompok merah” sudah menjadi bagian dari masa lalunya yang kelam, yang sesegera mungkin ingin dibuang jauh-jauh oleh Asroel. Ideologi yang tidak lagi sejalan, pada akhirnya membuat Asroel, berputar arah, dan tidak lagi bekerjasama dengan kelompok ini. Ia keluar bukan tanpa resiko. Ia sadar pelarian dirinya akan membawanya pada sebuah masalah besar yang secara langsung ataupun tidak, akan berdampak besar bagi keselamatan keluarganya, dan otomatis menjadikan mereka ”tumbal” bagi para antek-antek ”kelompok merah” ataupun para penjajah. Asroel pun mengetahui, pimpinan "kelompok merah" tidak begitu saja merelakan kepergian seorang anggotanya, yang sudah bisa dimasukkan ke dalam kategori anggota terbaik. Ada banyak cara yang ditempuh oleh ”kelompok merah”, untuk seorang ”pengkhianat” seperti Asroel, diantaranya adalah mencari dan membawanya hidup-hidup untuk bergabung kembali, atau membunuhnya akibat ”pengkhianatan” yang telah diwujudkannya.

Perjalanan selama belasan tahun, terpisah oleh jarak yang sulit diukur, serta ruang tidak mudah untuk ditemui, bukanlah hal yang mudah dihadapi bagi Asroel dan Roekmini untuk menemukan satu akhir yang bahagia.

Banyak aral melintang yang menambah liku-liku perjuangan Asroel dalam petualangannya menemukan Roekmini. Perjuangannya melawan penjajahan pengkhianatan dan penindasan, membuatnya tidak jarang bertemu dengan rasa takut, gamang, terombang-ambing oleh nasib yang tidak menentu, hingga ancaman kematian. Namun, jalan ini ditempuhnya, dengan tegar, berserah diri, dan keyakinan penuh pada-Nya bahwa kebahagiaan akan ditemui di ujung perjalanannya, demi bertemu kembali dengan keluarganya.

Tidak jarang perasaan rindu di antara keduanya menyeruak, membuat perjalanannya menjadi semakin terasa getir, panjang dan seolah tak berujung. Sehingga menimbulkan kelimbungan dan kegalauan, seperti ilalang yang hanyut terombang-ambing oleh tiupan angin di tengah padang. Mereka hanya mampu berusaha, berdo’a, serta berpasrah pada skenario hidup, yang sudah jauh-jauh hari ditulis oleh Sang penguasa alam semesta, Allah SWT.

Akankah perjalanan panjang untuk pulang akan mereka temukan kembali? Apakah mereka akan berjumpa kembali pada satu akhir yang bahagia? Ataukah tidak akan pernah terbayar kerinduan yang terpendam selama belasan tahun itu? Dan apakah kesetiaan mereka akan sampai pada ujung perjalanannya?

***

Tiga karya sastra berhasil dirangkum oleh MD. Aminudin dalam satu novel bertajuk ”Tembang Ilalang”. Hal yang tidak mudah untuk diwujudkan dan membutuhkan wawasan, serta ketajaman analisa, untuk melahirkan karya semacam ini.

Karya sastra yang mengisahkan sebuah cerita berlatar belakang masa penjajahan Belanda dan Jepang hingga pasca kemerdekaan Indonesia yang penuh dengan perlawanan, ketegangan, ketakutan, kesedihan dan ketertindasan rakyat saat itu, yang mengajak pembaca semakin hanyut dan terlibat dalam suasana heroisme pada masa itu. Kehadiran tokoh-tokoh yang memberi efek religius melalui karakter yang dimiliki, seperti teguh dalam bertauhid serta berprinsip bahwa yang berhak mereka abdikan hanyalah Sang Khalik, meski banyak aral melintang yang harus dihadapi dan seringkali menimbulkan perlawanan dan membutuhkan bayaran yang tidak hanya sekadar fisik, tetapi juga nyawa, dan mereka menggadaikannya atas satu kata fii sabilillah.

Tak terlewatkan pula, nuansa romantisme klasik yang senantiasa ditawarkan pada alur cerita novel ”Tembang Ilalang”, melalui dialog dan narasi yang dituturkan secara melankolis oleh MD. Aminudin, semakin menenggelamkan pembaca dalam suasana cerita yang ingin disampaikan penulis tentang pengorbanan dan kesetiaan cinta dua insan karena Allah swt. Sehingga mampu memberi nilai lebih pada novel ini, dan membuatnya jauh dari kesan bahwa kisah percintaan pada novel ini hanyalah pemanis ataupun jatuh pada kesimpulan romantisme picisan kepada pembacanya.

Tidak berlebihan, jika novel ini disebut sebagai rangkuman dari tiga karya sastra. Sebab, tidak hanya menawarkan kisah tentang pengorbanan dan kesetiaan cinta antara dua insan. Tetapi juga, sarat akan nilai dan pengetahuan melalui miniatur perjalanan sejarah bangsa di masa silam dalam melawan tirani dan penjajah, sekaligus menawarkan pemahaman keislaman terutama tentang makna tawakal dan ikhlas dalam menerima ujian dan takdir hidup, yang sudah menjadi ketetapanNya. Materi tersebut disampaikan secara ringan, tanpa mengurangi maknanya dan tidak terkesan mendakwahi pembaca.

***

Cara MD. Aminudin dalam memaparkan cerita, tidak membosankan. Potongan-potongan kisah disampaikan dengan caranya yang khas dan lugas. Penulis menyampaikan cerita langsung pada inti persoalan, tanpa pemaparan yang panjang atau bertele-tele, yang membuat pembaca bosan atau harus berpikir rumit untuk menelaah alur berpikir dari si penulis.

Variasi lain yang menjadi daya tarik novel ini adalah pertama, dari gaya bahasa si penulis, yang mudah dimengerti dan runtut. Penggunaan kata asing dan ejaan lama yang disertakan dalam dialog, semakin menegaskan aksen masa silam dan menarik pembaca ke dalam dimensi waktu dalam kisah ini. Seperti, simplex, onderneeming, opzieener, balasting, dsb.

Kemudian, adanya catatan kaki yang disertakan, dapat menambah pengetahuan dan perbendaharaan kata bagi si pembaca. Namun, kadang kala dalam suatu bab, catatan kaki, lupa disertakan oleh penulis, meskipun sudah ditulis dengan huruf cetak miring, sebagai bentuk penekanan pada istilah tersebut. Sehingga dapat membuat pembaca sedikit kehilangan "jejak" dari cerita. Kedua, dari segi tokoh dan karakter yang dimunculkan. Tokoh-tokoh dalam novel ini, secara keseluruhan, ikut berperan aktif membangun tema dan nilai-nilai yang ingin disampaikan kepada pembaca. Seperti tokoh Kyai; Kjai Makoen, Kjai Achmad, dll, tokoh dari ’kelompok merah’; Darsono, Moeso, dll.

Pesan moral yang dapat menjadi bahan perenungan; bahwa islam merupakan agama yang akrab dengan kedamaian, dan islam mengatur seluruh aspek kehidupan umat manusia. Tidak terkecuali, dalam hal pembelaan negara, yang harus menuju pada satu tujuan yaitu fii sabilillah. Serta sebagai hambaNya, kita harus bertawakal dan ikhlas atas segala ketetapan-Nya, serta yakin bahwa Allah akan senantiasa memberikan jalan terbaik untuk hidup kita, meski terhampar "onak dan duri" ditengah perjalanannya.

Semua aspek terangkum dalam novel ini, selain sarat akan pengetahuan sejarah, nilai moral, sosial dan agama. Ada pula hikmah serta pesan moral yang dapat dipetik untuk dijadikan pelajaran hidup, yang pada akhirnya menjadikan novel ini layak untuk dibaca oleh siapa pun, dan dari kalangan manapun. Karena novel ini juga mampu memberikan ”warna” lain bagi dunia sastra islami serta makna lain dari cinta dan perjuangan yang hakiki. (Irni)


Jumat, 17 Juli 2009

Obat kekhawatiran

Seorang pria sedang berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan. Dari raut wajahnya, tampak pria ini begitu kebingungan di dalam toko, di sekitar area pusat perbelanjaan tersebut.

Saat itulah, dengan ramahnya seorang pelayan di toko tersebut menghampirinya lalu menanyakan apa yang sedang dicarinya. Kemudian, sang pria itu pun mengatakan bahwa saat ini dia sedang mencari sebuah benda yang dapat mengatasi kekhawatiran yang selama ini dialami dalam hidupnya.

Sang pelayan toko pun dengan tersenyum, memintanya menunggu lalu dengan gesitnya dia pergi meninggalkan pria tersebut. Sepertinya ia sibuk mencari sesuatu di ujung toko.

Lantas dengan senyum penuh kepuasan, kembalilah sang pelayan toko membawa empat buah kotak tertutup rapat. Ia pun berkata kepada sang pria bahwa inilah yang akan memberikan solusi! Sang pria segera bergegas ke kasir dengan membawa empat buah kotak yang terbungkus rapih lalu membayar dan membawanya pulang.

Sesampainya di rumah, dibukanya satu per satu kotak tersebut. Dilihatlah apa isi dari empat kotak tersebut yang masing-masing bertuliskan "Penetral kekhawatiran".

Setiap kali kotak tersebut dibuka satu persatu, tampaklah senyum dari sang pria ini. Akhirnya setelah empat kotak selesai dibuka, dengan semangat dan antusias yang baru ia merasa semakin siap dan yakin dalam menjalani kehidupan ini!

Kekhawatiran Anda

Pembaca, dalam kehidupan ini, setiap dari kita pastilah memiliki kekhawatiran tertentu. Apa pun bisa menjadi penyebab kekhawatiran dalam kehidupan ini. Entah bagi seorang siswa atau mahasiswa yang khawatir dengan nilai ujiannya, seorang anak muda yang khawatir mengenai masa depannya.

Bisa juga seorang yang masih jomblo khawatir dengan siapakah calon pasangannya, seorang karyawan yang khawatir mengenai gaji dan promosi yang akan dicapainya, seorang penguasaha yang khawatir mengenai strategi untuk mengembangkan usahanya, serta masih banyak hal lainnya.

Bahkan, dikabarkan Michael Jackson pun tergolong orang yang sangat khawatir mengenai kematiannya, hingga kematian betul-betul menjemputnya (ironis sekali, ya?).

Rasa khawatir merupakan salah satu bentuk emosi yang wajar. Akan tetapi, hal ini akan menjadi tidak wajar saat mulai bergerak menjadi berlebihan. Rasa khawatir yang keterlaluan akan menjadi apa yang disebut dengan kekhawatiran berlebih.

Ujung-ujungnya, kekhawatiran berlebih bisa membuat seseorang justru menjadi lumpuh secara mental. Padahal, rasa khawatir yang wajar adalah hal yang normal, yang akan membuat setiap dari kita untuk selalu mawas diri.

Empat kotak penetral

Saat sang pria begitu khawatirnya mengenai kehidupan yang dia jalankan, sampai kebingungan dan seperti tanpa arah, tiba-tiba saja dirinya menemukan empat kotak yang bertuliskan "Penetral kekhawatiran".

Dibukalah kotak pertama saat sampai di rumah. Di dalam kotak pertama yang dibukanya ternyata berisi sebuah botol kaca dengan sebuah kertas yang tergulung di dalamnya.

Segera sang pria membuka botol kaca yang masih tersegel tersebut dan mengeluarkan sebuah kertas yang masih tergulung. Tertegunlah saat membaca dalam hati isi kertas pertama yang bertuliskan, #1. Clarity is everything (kejelasan adalah segala-galanya).

Dalam menghadapi sebuah kekhawatiran, sering kali yang kita hadapi adalah situasi yang tidak jelas dan tidak menentu. Solusi pertama dalam menghadapi kekhawatiran ini adalah dengan mendefinisikan secara jelas situasi yang membuat khawatir.

Hampir lebih dari 50% setiap permasalahan yang dihadapi dapat dipecahkan hanya dengan mendefinisikan secara jelas. Seorang dokter berkata, Accurate diagnosis is half the cure (diagnosis yang tepat berarti sama dengan separuh pengobatan sudah dilakukan).

Apa pun kondisi dan situasi yang membuat kita menjadi khawatir, definisikanlah secara jelas! Contohnya saat kita merasa khawatir dengan kondisi finansial kita, hal yang pertama harus kita buat jelas adalah seperti apa kehidupan yang mau diraih. Saat segala sesuatunya penuh dengan ketidakjelasan, yang terjadi adalah kita tidak bergerak ke mana-mana, lumpuh!

Pria tersebut kemudian membuka kotak kedua, lagi-lagi di dalamnya berisikan sebuah botol kaca. Kali ini di dalam botol kaca ada sebuah kain yang tampak lusuh. Tampak pula sebuah tulisan yang dijahit bertuliskan #2. Determine the worst (tentukan yang terburuk).

Hal kedua yang dapat kita lakukan adalah dengan menentukan apa kemungkinan terburuk yang bakal terjadi, jika yang kita khawatirkan betul-betul terbukti. Sering kali kita khawatir karena takut melihat realita yang ada. Lantas, kita terus-menerus khawatir.

Padahal, ketika yang kita khawatirkan ternyata terjadi, segala-galanya akan baik-baik saja dan kita punya 'kemampuan' yang memadai untuk melewatinya. Namun, yang justru terjadi, kita terlalu menganggap remeh kemampuan kita dengan terus-menerus khawatir.

Percayalah, pengalaman menunjukkan bahwa pada saat kejadian yang buruk terjadi, situasinya tidak separah yang kita bayangkan. Dengan begitu kita bisa menentukan strategi apa yang seharusnya kita ambil!

Kotak ketiga pun dibuka, kali ini berisi sebuah spons dengan tulisan di atasnya, #3. Be willing to have it so (ikhlaslah untuk menjalaninya). Langkah ketiga ini adalah bersiaplah tatkala hal-hal yang terburuk betul-betul terjadi.

Saat menghadapi situasi negatif apa pun, langkah pertama adalah menerima kenyataan tersebut. Jangan lagi meratap dan jangan berandai-andai. Cobalah hadapi dengan bijak. Dan jangan berhenti di sini.

Langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah tenang dan jernihkan pikiran, kemudian bersiaplah untuk melakukan tindakan-tindakan yang konstruktif! Saya ingat seorang ibu yang awalnya begitu khawatir suaminya yang pencari nafkah tunggal, dan kena penyakit kanker, akan meninggal.

Ternyata suaminya betul-betul meninggal. Jadi, kekhawatirannya terbukti. Namun, setelah suaminya meninggal, toh si ibu itu akhirnya bisa juga membuka bisnis sendiri. Ibu ini berkata, "Banyak kekhawatiran saya setelah suami saya meninggal, yang saya pikirkan, ternyata tidak terbukti".

Akhirnya dibukalah kotak keempat, dalam kotak tersebut berisi sebuah logam berwarna keemasan yang bertuliskan, #4. Take action! (ambil tindakan). Ini merupakan langkah terakhir, yaitu segeralah melakukan tindakan yang mungkin untuk memperbaiki keadaan.

Saat kita tidak mengambil tindakan apa pun, sering kali yang terjadi adalah keadaan bisa saja tidak akan berubah, bahkan mungkin semakin buruk.

Ingatlah, kekhawatiran sebenarnya semata-mata merupakan bentuk dari emosi takut yang disebabkan oleh kebutuhan selalu ingin 'mengendalikan keadaan'. Untuk mengatasi hal ini lakukanlah tindakan yang mengarahkan kepada tujuan yang akan diraih!

Sibukkanlah diri Anda dengan melakukan sesuatu hal sehingga kita tidak memiliki waktu untuk memikirkan kekhawatiran. Ketika kita mengambil tindakan dengan penuh percaya diri, keyakinan dan penuh dengan kendali, hal ini akan dengan sendirinya menghilangkan kekhawatiran Anda! Mulai hari ini berkomitmenlah untuk tidak hidup dalam kekhawatiran!


oleh : Anthony Dio Martin
Managing Director HR Excellency

Rabu, 08 Juli 2009

Somewhere out there

Somewhere out there
Beneath the pale moonlight
Someones thinking of me
And loving me tonight

Somewhere out there
Someones saying a prayer
That we'll find one another
In that big somewhere out there

And even though I know
How very far apart we are
It helps to think we might be wishing
On the same bright star

And when the night wind
Starts to sing a lonesome lullaby
It helps to think we're sleeping
Underneath the same big sky

Somewhere out there
If love can see us through
Then we'll be together
Somewhere out there
Out where dreams come true

And even though I know
How very far apart we are
It helps to think we might be wishing
On the same bright star

And when the night wind
Starts to sing a lonesome lullaby
It helps to think we're sleeping
Underneath the same big sky

Somewhere out there
If love can see us through
Then we'll be together
Somewhere out there
Out where dreams come true
Out where dreams come true


"Somewhere Out There"
Theme from the motion picture "An American Tail"