Selasa, 26 Mei 2009

Virginia Satir

Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki. Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik. Rumah tampak selalu rapih, bersih & teratur dan suami serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu.

Cuma ada satu masalah, ibu yg pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi dan menyiksanya.

Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya. Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu :
"Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan"
Ibu itu kemudian menutup matanya.

"Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?"
Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yg murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya.

Virginia Satir melanjutkan; "Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka. Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi".

Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, napasnya mengandung isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya.

"Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu & kotoran disana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu". Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tsb.

"Sekarang bukalah mata ibu" Ibu itu membuka matanya
"Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?"

Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Aku tahu maksud anda" ujar sang ibu, "Jika kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif".

Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yg dikasihinya ada di rumah.

Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog terkenal yang mengilhami Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP (Neurolinguistic Programming) .
Teknik yang dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana kita 'membingkai ulang' sudut pandang kita sehingga sesuatu yg tadinya negatif dapat menjadi positif, salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya.

Terlampir beberapa contoh pengubahan sudut pandang :

Saya BERSYUKUR;

1. Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mie instan, karena itu artinya ia bersamaku bukan dengan orang lain

2. Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV, karena itu artinya ia berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat maksiat.

3. Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal, karena itu artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan

4. Untuk Tagihan Pajak yang cukup besar, karena itu artinya saya bekerja dan digaji tinggi

5. Untuk sampah dan kotoran bekas pesta yang harus saya bersihkan, karena itu artinya keluarga kami dikelilingi banyak teman

6. Untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu artinya saya cukup makan

7. Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung hari, karena itu artinya saya masih mampu bekerja keras

8. Untuk semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah, karena itu artinya masih ada kebebasan berpendapat

9. Untuk bunyi alarm keras jam 5 pagi yg membangunkan saya, karena itu artinya saya masih bisa terbangun, masih hidup

10. Untuk setiap permasalahan hidup yang saya hadapi, karena itu artinya Tuhan sedang membentuk dan menempa saya untuk menjadi lebih baik lagi...

-if God brings you to it, He will bring you through it.-

(www.sigitwhyu.net:ilmu&hikmah)

Senin, 18 Mei 2009

Menghimpun rasa

Rasanya, seperti..

menikmati es krim coklat di kafe. Kemudian ditambah es krim vanila sedikit di atasnya. Manis. Disajikan dalam gelas bening serupa mangkuk, tetapi bukan mangkuk, itu gelas, atau bisa juga disebut mangkuk tapi berkaki panjang (hehe..), lengkap dengan wafer stik panjang dan taburan irisan almond yang khas harumnya, lalu bagian yang paling saya suka adalah lumuran coklat-nya..hmm..

Mungkin...

seperti menghisap dalam-dalam aroma hujan sore hari. bisa dibayangkan bagaimana segarnya harum tanah yang muncul kala itu. unik, teduh..karena matahari senja seolah pergi sejenak. entah kemana. mungkin barang sebentar, membiarkan saya menikmati teduhnya.

Hmm...

atau seperti menghirup wanginya teh pagi hari. menikmati-nya sambil duduk-duduk di halaman depan, kemudian menghadap ke jalan, membiarkan rasa hangat sinar matahari dan sesekali memperhatikan seseorang lewat, lalu menyapa hangat dengan senyuman.

Atau...

pernah merasakan, setelah seharian penuh bertarung dengan udara kotor, panas, sesak ditengah kerumunan orang dan riuhnya susana perkotaan yang penuh dengan kendaraan dan bangunan tinggi menjulang? kemudian, kau pulang dan sesegera mungkin masuk ke dalam kamar dan menyalakan mesin pendingin ruangan, yang di depannya tergantung pengharum ruangan beraroma bunga Polianthes tuberosa. bunga Sedap Malam. Kompleks, eksotis, manis, dan khas bunga. dan taraaaammmm lelah pun usai...

Atau seperti...

Hmm..apa lagi ya?

Saya kehabisan kata. jikalaupun masih ada seribu kata di kepala saya. saya tetap tidak bisa merangkainya. 

Gagal sudah usaha saya untuk menghimpun rasa, dari semua rasa yang saya ungkapkan tadi

Rasanya sudah semua saya keluarkan. Es krim coklat vanila, aroma hujan sore hari, wangi teh pagi hari, dan terapi aroma dari pengharum ruangan yang bersandar pada mesin penyejuk ruangan

Atau belum semua...?


Atau kau bisa membantu menghimpun apa yang sebenarnya saya rasa...?



Atau memang tidak bisa dihimpun..?


                                                                                                            
Bisa jadi memang tidak bisa dihimpun untuk menjabarkan seperti apa rasanya.

Rasa saat telapak tangannya mendarat di ubun-ubun.

Rasanya ketika melihat tentang terbit satu senyum. senyum dari wajah semburat jingga..

Do'a, Jarak, dan Hati..

Satu jejak akan dimulai, tentang rencananya melamar disebuah perusahaan baru.
Reaksi pertama, tentu saya senang mendengarnya. Karena saya mampu menangkap ada nyala semangat dalam hatinya. Meski sekadar perbincangan itu kami lakukan melalui telepon genggam.
Memang masih banyak kemungkinan. Tapi saya berdo'a untuk kesuksesannya
dan jika terwujud. saya tentu senang.
membayang, kelak..jika setelah dia pergi pasti saya mudah rindu..

Sempat bercerita pada wanita sejuta kasih, tentang rencananya itu.
wanita itu seolah mengerti tentang saya yang galau saat itu. ya..saya sempat galau..
"..do'akan saja dia agar sukses. Jangan dipersoalkan tentang jarak, jikalaupun ia harus pergi jauh. yang penting hatinya tetap satu, padamu.."
dan galaupun pergi dari hati seketika mendengar kalimat sejuk dari wanita itu.

untuk kesuksesannya, saya di sini akan berdo'a untuknya, semoga mendapat hasil terbaik, dan akan bersemangat mendukung kepergiannya..

jika takdir menginginkan kami tidak terpisah jarak..pasti saya akan merasa lebih dari kemungkinan-kemungkinan tadi..
lalu saya tersenyum...

Jumat, 15 Mei 2009

Suatu saat nanti kita akan rujuk...

masih kuat dalam ingatan tentang teman lama
tidak pernah kau menghitung kata berbagi padaku..
selalu saja kau bagi

tentang sagala hal
tentang hari itu kau bahagia
tentang kemarin kau limbung
tentang sedih hati masa lalu
tentang rindu berjalan bersama di halaman depan
tentang seribu kisah impian di kotak maya
dan tentang apa yang tidak bisa kau ungkap

kali ini
ada bayangan hitam membumbung diatasku
membuat seolah buram tampak samar

sesekali ku tatap bayangan itu..
sulit kutangkap cahayanya

"jangan.."
"jangan kau halangi cahaya itu..."
tukasku
"aku membutuhkannya.."


terdiam..

"agar terang..." pintaku
"agar pecahannya kilau kembali..."
"agar terangnya serupa purnama, bulat sempurna.."

dan kau pun pergi. berbalik arah.
bayangan itu terlalu galap. membangun sekat di celah-celah kita
tanpa sebaris pesan
kaupun menghilang menyisakan bayangan itu

dan aku..
beribu detik ku tunggu
menunggu tatapan rupa mu
rupa mu yang selalu kau bagi sepanjang hari

dulu sekali kita pernah melangkah beriring
kita pernah berlari
berlari meninggalkan beban
dan kini langkah itu tiba-tiba berhenti
kita berhenti
sama-sama tidak melangkah
sama sekali

untuk menunggu sesuatu
menunggu rujuk
"ya...suatu saat kita akan rujuk.."

dan aku bertanya :

- "benar teman..?"
- "kenapa diam..?"
tanya ku
-"kau telah lupakan aku..?"

dan kaupun tetap pergi...

dan aku keraskan suaraku

- "Hey...Suatu saat nanti kita akan rujuk...!!!!"

dan kau pun....

pergi..







Kamis, 14 Mei 2009

DuaPuluhEmpat Sudah..

*catatan diakhir duapuluh tiga*


"barakallah....selamat ulang tahun ya..." ucapnya.

entah pukul berapa itu.

masih mengantuk..

sulit kubuka kelopak mata ini..

kulihat sebaris nama..

teman lama memberikan setangkup do'a padaku..

***

pagi ini..

Tersenyum melihat penuh pesan dari keluarga, teman, dan sahabat.

aku bersyukur pada yang Mahabaik

untuk mereka

mereka yang ternyata tetap hangat dan setia singgah di sisi

***

Teringat..

Dulu sekali. Dua puluh empat tahun yang lalu. Tepat pada tanggal yang sama. wanita dengan sejuta hati itu, berjuang mempertaruhkan sepenuh jiwanya. Dan kemudian lahirlah aku..

si mungil, itulah aku...

tidak sendiri, bersama saudari kembarku. aku sambangi dunia ini.

tak ada yang kuingat kala itu. tak ada yang bisa ku lihat mereka yang tersenyum dan wajahnya yang dibanjiri dengan air mata bahagia.

genap sudah kebahagiaan wanita sejuta hati dan laki-laki bijaksana yang mendampinginya kala itu.

***

kini..

Duapuluh empat tahun sudah ku hirup potongan-potongan udara di bumi ini.

Duapuluh empat tahun sudah tersusuri harapan dan langkah asa..

Duapuluh empat tahun sudah, genap usia bertambah.

Semoga bertambah bijak

Semoga bertambah baik

Semoga bertambah iman

Dan semoga terwujud harapan, asa, serta mimpi yang jauh di langit jingga

***

"haah...sudah duapuluh empat.."

teringat barisan kata dari ayahku pagi itu.

"Usia adalah kekasih sejati yang selalu menunggu kita"





Rabu, 13 Mei 2009

Sekarang..

sekarang saya hanya ingin memejamkan mata..

Dan penat pun luruh
Sepi pun usai
takut pun sirna

dan berakhir pada kata damai..